Senin 11 Apr 2016 14:15 WIB

Tarif Bea Masuk Jadi Hambatan Produk Pangan Indonesia Masuk ke Mesir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor Impor (ilustrasi)
Foto: Republika
Ekspor Impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk makanan dan minuman Indonesia sangat diminati oleh pasar Mesir. Hal ini terlihat dari perolehan transaksi produk makanan dan minuman Indonesia yang mencapai 7,95 juta dolar AS dalam ajang Cairo International Fair yang diadakan baru-baru ini. 

Dalam pameran tersebut produk makanan dan minuman mendominasi transaksi yakni sebesar 83 persen. Namun, diakui Kepala Usaha Ad-Interim KBRI Kairo Meri Binsar Simorangkir, hingga kini masih terdapat sejumlah hambatan yang dihadapi produsen makanan dan minuman Indonesia untuk bisa masuk ke pasar Mesir.

Salah satu yang menghambat perdagangan Indonesia dan Mesir, ungkap Meri, yakni tingginya bea masuk mencapai 40 persen. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mendorong agar pelaku usaha bisa melakukan produksi di kawasan free zone di sekitar Terusan Suez.  

"Di kawasan tersebut memberlakukan bebas bea masuk atau paling tinggi 5 persen," kata Meri dalam pernyataan tertulis, Senin (11/4).    

Meri menambahkan, produksi di free zone mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Mesir. Menurutnya, pemerintah Mesir telah memberikan saran kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan produksi di kawasan free zone

Meri mengatakan, jika produksi di kawasan free zone bisa diwujudkan maka produk yang dihasilkan juga dapat diekspor ke negara-negara mitra dagang utama Mesir. Dengan demikian, nantinya ekspor Indonesiaa ke Mesir akan meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement