REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pemerintah bersama pelaku usaha dan Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia mengupayakan pasar-pasar negara maju untuk membeli minyak sawit (CPO) Indonesia dengan harga premium. Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan sektor kelapa sawit di Indonesia semakin baik dan efisien serta berkelanjutan.
“Indonesia sangat serius dengan program ekonomi berkelanjutan. Pertumbuhan ekonominya beriringan dengan kepentingan lingkungan. Jika kita sudah melaksanakan ini, ya seyogyanya CPO kita dihargai premium,” kata Rosan dijumpai dalam Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2016 di Nusa Dua, Rabu (16/3).
Kendati banyak pihak skeptis terhadap komditas sawit, namun kata Rosan sektor ini perlu dilihat dari sisi positifnya. Menurutnya, menanggulangi perubahan iklim tak bisa hanya melakukan agresi terhadap kelapa sawit yang justru berpotensi menimbulkan krisis lain di masyarakat.
Salah satu target pemerintah saat ini adalah menggagalkan rencana pengenaan pajak regresif terhadap produk sawit yang diberlakukan Prancis. Pajak ini dikhawatirkan menjadi bencana bagi petani sawit di Indonesia dan ekspor sawit serta produk turunannya secara keseluruhan.
Besaran pajak produk sawit Indonesia yang masuk ke Prancis selama ini dibebankan biaya 103 euro per ton. Aturan baru nantinya akan mengeret pungutan pajak menjadi 300 euro per ton pada 2017. Besarannya naik bertahap menjadi 500 euro per ton pada 2018, 700 euro per ton pada 2019, dan 900 euro per ton pada 2020.
Pungutan tersebut akan dijadikan dana jaminan sosial petani di Prancis. Ekspor CPO Indonesia ke negara-negara Uni Eropa saat ini berkisar 3,5 juta ton dari total ekspor CPO nasional, 22-23 juta ton per tahun.