REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia justru berhasil meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit ke blok Uni Eropa (EU) pada 2020. Hal ini disampaikan Duta Besar EU untuk Indonesia Vincent Piket di tengah sengketa perdagangan yang disebut Indonesia sebagai diskriminasi sawit.
"Perdagangan kita turun cukup signifikan, yakni 11 persen dalam sepuluh bulan pertama 2020 dan itu dapat dipahami (terkait situasi krisis Covid-19, Red)," kata Piket dalam pemaparan media secara virtual, Rabu (13/1).
"Indonesia bertahan surplus, kebanyakan berkat keberhasilan negara ini dalam ekspor minyak kelapa sawit ke EU yang faktanya naik sebesar tak kurang dari 27 persen secara nilai dan 10 persen secara volume," ujar Piket menjelaskan.
Perdagangan Indonesia-EU diwarnai perselisihan soal minyak kelapa sawit pada 2019, setelah blok itu membuat kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) dan Delegated Regulation yang disebut akan dapat membatasi akses masuk produk-produk bahan bakar hayati yang dinilai tidak bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan (unsustainable crop basedbiofuels), termasuk minyak sawit.