REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekidkti) mendukung program pemerintah ihwal ketahanan pangan nasional. Dirjen Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti, Jumain Appe, mengupayakan beberapa cara untuk mendukung program tersebut.
Inovasi benih padi menjadi salah satu cara untuk menerapkan program ketahanan nasional. Dengan kata lain, Indonesia secara perlahan diharapkan bisa terlepas dari ketergantungan akan impor benih padi ke depannya. Jumain menerangkan, varietas Insitut Pertanian Bogor (IPB) 3S merupakan padi unggul tipe baru.
“Kita bekerja sama dengan IPB untuk menghasilkan padi unggul tipe baru,” ujar Jumain kepada wartawan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat (11/3).
Menurut Jumain, varietas IPB 3S berpotensi menghasilkan 11,2 ton per hektar atau sekitar dua hingga tiga ton lebih tinggi dari varietas Ciherang. IPB juga telah melakukan optimasi teknologi untuk varietas IPB 3S tersebut sehingga mencapai 13,5 ton per hektar.
Jumain menilai, aplikasi varietas padi tipe baru IPB 3S dapat menjadi strategi pencapaian swasembada beras nasional. Hal ini berarti pengembangan penggunaan varietas pada lahan seluas dua juta hektare akan dapat meningkatkan produksi padi nasional. Peningkatan produksinya bisa sebesar empat sampai enam juta ton Gabah Kering Panen (GKP).
Untuk menanam padi dua juta hektar varietas IPB 3S, kata Jumain, ini diperlukan benih sebanyak 50 ribu ton. “Atau benih sebar berlabel biru dan benih pokok berlabel ungu,” kata Jumain. Namun selama ini penyediaan benih sebar terkendala pada ketersediaan benih sumber (benih dasar berlabel putih yang diproduksi dari benih penjenis berlabel kuning).
Karena kondisi tersebut, Jumain menjelaskan, inovasi baru padi varietas IPB 3S yang dihasilkan berupa Nucleus Seed diupayakan untuk diproduksi. Pemerintah bersama IPB berupaya memproduksinya di bawah kontrol pemulia menjadi benih penjenis berlabel kuning.