REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -– Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan produksi beras 2015 mengalami surplus namun harga belum juga stabil. Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menilai hal tersebut bisa menjadi pembelajaran untuk semua dan pemerintah.
“Harga gabah di tingkat pengusaha tani rendah harusnya pemerintah sudah harus turun tangan langsung,” kata Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas Santosa kepada Republika, Jumat (11/3).
Dwi menambahkan, selain itu bulog harus mampu menyerap gabah pada segala tingkat kualitas. Menurutnya hingga kini bulog tidak langsung bekerja sama dengan petani namun melalui penggilingan. “Makanya pemerintah harus turun langsung menyelamatkan gabah di tingkat usaha tani yang sudah rendah,” tutur Dwi.
Tak hanya itu, pemerintah juga diminya untuk meningkatkan stok beras yang ada. Sebab, kata Dwi, jika stok beras memadai maKa dampaknya akan signifikan juga dengan kestabilan harga beras di pasaran.
Sebenarnya, lanjut Dwi, pemerintah punya instrumen harga pembelian pemerintah (HPP) yang menentukan pemerintah bisa membeli gabah pada tingkat tertentu. “Kalau tidak ditingkatkan HPP gabah yang hanya Rp 3.700 per kg, dengan harga ini masih sangat rendah walaupun kenyatannya pemerintah atau bulog tidak menyerap harga itu,” ungkap Dwi.
Untuk itu Dwi berharap pemerintah bisa menaikan HPP gabah di tingkat petani. Selain itu Bulog bisa langsung membeli gabah langsung dari petani dari berbagai kualitas.