Kamis 07 Sep 2023 14:45 WIB

Harga Gabah Mahal, Bikin Penggilingan Beras Kelimpungan

Harga beras dari penggilingan tidak mampu pengejar kenaikan harga gabah petani.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja mengangkut beras di penggilingan padi (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut beras di penggilingan padi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Tingginya harga gabah di tingkat petani, membuat usaha penggilingan beras di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kelimpungan. Sejumlah usaha penggilingan pun terpaksa "istirahat" meski ada pula yang mencoba bertahan dengan menjual beras secara eceran.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Kabupaten Cirebon saat ini di kisaran Rp 6.500–Rp 7.000 per kilogram. Sedangkan, harga gabah kering giling (GKG) mencapai Rp 7.500–Rp 8.000 per kilogram.

Baca Juga

Sementara, harga jual beras dari penggilingan ke tingkat pedagang di pasar, hanya di kisaran Rp 12.500 per kilogram.

"Harga gabahnya tinggi sekali, (dibandingkan harga beras) tidak bisa nutup. Jadi, mereka (pabrik penggilingan beras) "istirahat" dulu," ujar Tasrip kepada Republika.co.id, Kamis (7/9/2023).

Hal itu seperti yang dilakukan pengelola penggilingan Sri Rejeki, di Desa Wangkelang, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Icih. Dia mengatakan, penggilingan yang dikelolanya kini sudah tidak lagi memasok beras ke pasar tradisional. Padahal, penggilingannya biasanya rutin memasok beras ke Pasar Pagi Kota Cirebon.

"Sudah sejak dua bulan lalu (berhenti memasok ke pasar tradisional)," kata Icih.

Icih mengatakan, hal itu karena harga gabah di tingkat petani saat ini sangat tinggi dan susah dicari. Padahal selama ini penggilingannya biasanya menggiling gabah sekitar dua ton per hari.

Untuk bertahan, Icih menyebutkan, penggilingannya kini menjual beras secara eceran. Beras itupun diambil dari penggilingan lain, dengan jumlah lima kuintal sampai satu ton. Beras itu kemudian dijual lagi secara eceran kepada warga.

Tak hanya itu, penggilingan Icih juga masih menerima gilingan gabah dari petani, dengan jumlah minimal 25 kilogram. Dia pun mematok ongkos giling Rp 500 per kilogram.

Meski terbilang murah, dari aktivitas penggilingan itu Icih masih bisa mendapatkan dedak dan menir (beras patahan) untuk dijual kembali. Harga menir saat ini bisa mencapai 60 persen dari harga beras.

Icih mengakui, selain membuka jasa penggilingan untuk petani, sesekali dia juga menggiling gabah sendiri. Namun, hal itu dilakukan jika berhasil memperoleh gabah dari petani dengan harga yang masih terjangkau.

"(Untuk dapat gabah) dari petani, rebutan. Kalau mahal, ya kita mundur," kata Icih.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement