Selasa 01 Mar 2016 21:52 WIB

Menkeu: Februari Masuk Bulan Inflasi Rendah

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Didi Purwadi
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen di Februari 2016 mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender 2016 sebesar 0,42 persen. Sementara, inflasi tahun ke tahun mencapai 4,42 persen.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menjelaskan, deflasi ini memang sangat memungkinkan terjadi di bulan Februari. Sebab mulai bulan Februari‎ hingga Mei, Indonesia akan masuk pada masa inflasi rendah.

Hal ini kemudian bisa menyebabkan adanya deflasi antara bulan tersebut. "Sekarang kita sudah mulai masuk masa panen. Dengan ini, pangan akan banyak dan mempengaruhi inflasi. Karena inflasi kita sangat dipengaruhi oleh pangan," ujar Bambang saat berkunjung di kantor Republika, Jakarta, Selasa (1/3).

Deflasi di bulan Februari, menurut Bambang, lebih dikarenakan adanya inflasi cukup tinggi di bulan Januari. Dengan produksi pangan tinggi, maka terkompensasi pada inflasi rendah di bukan Februari yang menyebabkan deflasi.

Bambang mengatakan masalah inflasi di Indonesia ini paling banyak dipengaruhi oleh komoditas pangan yang menjadi faktor kunci. Sudah sangat sedikit faktor inflasi ditentukan unsur harga yang ditentukan pemerintah.

Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM)‎ dan tarif dasar listrik (TDL) bisa saja menjadi salah satu penyebab deflasi di bulan Februari. Meski demikian, kedua faktor tersebut tak berdampak signifikan.

"‎Praktis pada pangan. Artinya masalah (deflasi) ini tidak ada kelangkangan suplai (pangan)," ujar Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement