Senin 15 Feb 2016 15:03 WIB

Distribusi Produk Hortikultura Dinilai Butuh Subsidi

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Pembeli memilih produk holtikultura yang dijual di salah satu pasar swalayan di Jakarta,Rabu (25/2).
Foto: Republika/Prayogi
Pembeli memilih produk holtikultura yang dijual di salah satu pasar swalayan di Jakarta,Rabu (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IPPI) Abdullah Mansyuri meminta pemerintah melakukan intervensi dalam proses distribusi produk hortikultura dari sentra produksi ke pasar. Salah satunya dengan menggulirkan subsidi. Terlebih situasi saat ini curah hujan tinggi.

"Bahan hortikultura seperti cabai dan bawang ini rawan, konsumsi tinggi tapi mudah rusak," kata dia, Senin (15/2). Subsidi yang ia maksud misalnya mengupayakan distribusi penyiapan gerbong kereta dan penyiapan kapal-kapal laut untuk distribusi. Dia meminta tak hanya sapi yang disubsidi dengan kapal ternak, hartikultura pun seharusnya mendapat perhatian serupa.

Transportasi tersebut dinilai harus cepat dan aman dari hujan tanpa ada gangguan jalur lalu lintas. Selama ini, kata dia, persoalan jalur distribusi kerap jadi persoalan yang fatal di urusan kenaikan harga. Distribusi yang terhambat membuat produk rusak, busuk, dan ujung-ujungnya menjadi mahal di pasar.

Harga cabai dan bawang mengalami kenaikan. Per Senin (15/2), harga cabai merah keriting naik Rp 4.418 menjadi Rp 36.818 per Kg. Begitu pun dengan cabai merah besar, bawang merah dan bawang putih. Untuk cabai merah besar naik Rp 10.309 menjadi Rp 61.909 per kilogram, bawang merah naik Rp 2.927 menjadi Rp 27.727 per kilogram dan bawang putih naik Rp 1.254 menjadi Rp 31.454 per kilogram pada hari ini.

Transportasi tersebut dinilai harus didukung oleh koordinasi antarkementerian yang solid. "Jangan seperti saat ini, Kementan dan Kemendag saling tuding, tidak baik untuk psikologis pasar," tuturnya. Kementan diminta menyajikan data pangan yang benar sambil terus menggenjot produksi, sementara Kemendag dapat berfokus pada pengendalian harga.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Gardjita Budi menilai ada anomali dalam kenaikan harga beras di pasar. Sebab, saat ini telah dimulai masa panen raya dan cadangan beras terdata melimpah. "Untuk kenaikan (harga) beras, ini anomali," katanya. Namun untuk produk hortikultura, ia melihat harganya yang tinggi wajar karena sedang masuk musim penghujan.

Baca juga: Harga Pangan di Jakarta Melonjak

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement