REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, investasi industri subtitusi impor dan orientasi ekspor mulai menggeliat. Hal tersebut ditandai dengan adanya ekspansi yang dilakukan oleh PT. Asahimas Chemical di Cilegon, Banten dengan nilai investasi sebesar 885 juta dolar AS atau sekitar Rp 12,39 triliun.
"Perluasan ini positif untuk meningkatkan daya saing Indonesia, terutama dalam mengurangi impor bahan baku dan menghemat devisa sebesar 97 juta dolar AS per tahun," ujar Franky usai peresmian perluasan PT. Asahimas Chemical di Cilegon, Jumat (12/7).
Menurut Franky, proyek perluasan ini menunjukkan bahwaa iklim investasi di Indonesia masih tetap kondusif dan berdaya saing. Perluasan yang dilakukan oleh PT. Asahimas Chemical juga memiliki nilai strategis karena berorientasi ekspor dan hal ini sesuai dengan program pemerintah. Nilai ekspor PMA Jepang tersebut akan meningkat sebesar 280 juta dolar AS per tahun.
"Investasi ini akan memperkuat daya saing Indonesia di ASEAN, dari sisi ketersediaan bahan baku bagi industri di dalam negeri maupun kontribusi ekspor," kata Franky.
Dari sisi tenaga kerja, perluasan PT. Asahimas Chemical tersebut menyerap tenaga kerja sebesar 245 orang dari total tenaga kerja saat ini sebanyak 1.200 orang. Franky menjelaskan, investasi industri orientasi ekspor naik 14 persen, dan industri bahan baku/modal naik 34 persen. Dengan adanya perluasan pabrik PT. Asahi Chemical tersebut, maka menunjukkan bahwa minat investasi Jepang di Indonesia masih tinggi.
Franky menambahkan, dengan semakin tingginya minat investor untuk berinvestasi di Indonesia maka BKPM mendorong agar para investor yang sudah mengantongi izin prinsip dapat segera merealisasikan investasinya. Melalui percepatan realisasi investasi, maka dapat menciptakan lapangan kerja, menghasilkan devisa, membantu mengurangi bahan baku impor, dan memperkuat struktur industri.
Pada 2016 ini, Asahima juga akan memulai pembangunan listrik berkapasitas 250 MW untuk pemakaian sendiri. Shimamura berharap, proyek ini akan selesai pada 2018 dengan total investasi sebesar 460 juta dolar AS. Menurutnya, dengan adanya perluasan pabrik dan pembangunan pembangkit listrik ini maka dapat meningkatkan kemampuan suplai kebutuhan industri di Indonesia. Selain itu juga dapat meningkatkan daya saing produk untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perdagangaan global.