Kamis 11 Feb 2016 16:36 WIB

Sampai Kapan Tren Penguatan Rupiah Bisa Bertahan?

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nidia Zuraya
 Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy mengatakan, penguatan rupiah dikarenakan besar karena adanya aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi.

"Karena aliran dana asing itu yang mendukung rupiah menguat ke pasar obligasi," ujarnya kepada Republika, Kamis (11/2).

Terkait pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen, yang menyatakan isyarat akan menaikan bunga kembali, ia menilai, kecenderungannya the Fed akan lebih berhati-hati.

"Misalnya sebelumnya ada ekspektasi bakal dinaikan sebesar 4 kali, sekarang mungkin nggakga sebesar itu karena Yellen kan juga bilang ada risk di global yang cenderung masih besar," kata Leo menambahkan.

Ia menyebut, kecenderungan kenaikan  selama tahun ini mungkin tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. Disinggung apakah penguatan rupiah berlansung sesaat atau bisa bertahan lama, ia menilai tergantung pada volatilitu dan fluktuasi yang ada.

"Tapi trennya bisa bertahan kalau asumsinya data-data domestik seprti makro ekonomi kita, pertumbuhan ekonomi stabil, inflasi terjaga. Dari global, global risknya paling besar menurut saya sekarang dampaknya terhadap rupiah. Kalau lihat domestik kita lihat lebih oke," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement