REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut, anjloknya harga minyak dunia merupakan tantangan bagi Indonesia. Sebab, kata dia, kondisi tersebut telah mengusik agenda pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Darmin, penurunan harga minyak dunia secara tidak langsung membuat penggunaan EBT dari sejumlah sumber minyak nabati menjadi kurang kompetitif.
Meski begitu, pemerintah akan konsisten mendorong pertumbuhan Energi Hijau. Salah satu caranya dengan mandatori biodiesel dari 10 persen menjadi 15 persen di 2015. "Pada akhir 2016, mandatori tersebut kita tingkatkan menjadi 20 persen," ujar Darmin ditemui seusai menghadiri pembukaan acara Festival Iklim di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (1/2).
Terkait penurunan harga minyak dunia, lanjut Darmin, pemerintah masih membahas teknis pelaksanaan pemberian insentif untuk perusahaan migas.
Seperti diketahui, pemerintah berencana memberikan sejumlah insentif untuk pengusaha migas dan akan dimatangkan di level Kementerian Koordinator. Insentif disulut harga minyak dunia yang anjlok sehingga mengancam keberlanjutan usaha sektor migas nasional.
"Belum, nanti ada rapat menko, tanya ke ESDM," kata dia.
Langkah lainnya, pemerintah akan terus mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi semisal Pertamina dan PLN agar memprioritaskan penggunaan energi yang berkelanjutan. Dorongan tersebut bukan hanya sekadar wacana atau aturan dalam selembar kertas Peraturan Pemerintah atau Perpres.
"Tapi harus betul-betul direalisasikan dalam praktik nyata," ujarnya.