REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Kejatuhan harga minyak dunia di bawah 30 dolar AS per barel menimbulkan kekhawatiran di kalangan para bankir di negara-negara Timur Tengah. Menurut kajian yang dilakukan Bloomberg, industri perbankan di kawasan Timur Tengah kemungkinan akan melakukan pemutusah hubungan kerja (PHK) terhadap 1.500 pekerjanya.
Seperti dilansir Bloomberg, Jumat (22/1), saat ini gelombang PHK sedang berlangsung di perusahaan-perusahaan keuangan internasional seperti Standard Chartered Plc dan HSBC Holdings Plc. Gelombang PHK ini tidak hanya dilakukan terhadap pekerja lokal, namun juga terhadap para bankir asing yang berpengalaman.
"Harga minyak yang rendah telah berpengaruh terhadap semua industri di wilayah tersebut dan memukul sektor keuangan dengan telak," kata Direktur Morgan McKinley di Timur Tengah dan Afrika Utara, Trefor Murphy, Rabu (20/1) dalam sebuah wawancara telepon.
"Kondisi sekarang menjadi sangat menantang bagi pasar. Anda akan melihat eksodus bankir dari wilayah Timur Tengah," ujarnya menambahkan.
Kemerosotan harga minyak dunia memang menguras miliaran dolar dari industri perbankan, pasar saham yang tidak stabil, investasi melambat dan perbankan global melakukan pemecatan para pekerja.
Gelombang PHK di industri keuangan juga terjadi secara global. Barclays Plc, misalnya, berencana untuk memecat sekitar seperempat dari 1.000 orang karyawannya di kawasan Asia. Sementara Morgan Stanley akan memecat 1.200 pekerja di seluruh dunia.