REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Mandiri Institute Andry Asmoro mengungkapkan kondisi likuiditas tahun ini diyakini akan lebih baik. Itu, sekali lagi, dengan catatan belanja pemerintah bisa segera terealisasi.
"Sekarang ini pemerintah belum ada revisi APBN. Kalau pemerintah masih menahan belanja, kondisi kuartal satu masih ketat," ungkapnya.
Namun, ia juga setuju pelambatan pertumbuhan likuiditas yang kecil terjadi secara musiman. Awal tahun diawali dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang relatif kecil dan semakin menanjak pada kuartal kedua.
Sejak Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunganya (BI Rate) awal tahun ini, menurut Andry, akan ada mekanisme transmisi selama satu-tiga bulan hingga suku bunga deposito bisa turun. Sementara, untuk suku bunga kredit membutuhkan waktu selama tiga-enam bulan.
Adapun penyaluran kredit akan mulai tumbuh pada kuartal dua dan kuartal tiga. "Kalau likuiditas dikaitkan dengan DPK versus kredit, biasanya kredit naik mulai kuartal dua hingga kuartal empat. Jadi, kebutuhan likuiditas memang penting untuk bank sampai akhir tahun," katanya menjelaskan.
Dengan indikator ekonomi tahun ini yang lebih baik, Andry mengungkapkan, pertumbuhan kredit bisa lebih baik. Itu dengan ekspektasi pada 13,3 persen. "Ini prediksi sebelum BI keluarkan, kalau BI kan 12-14 persen relatif lebih baik," tutur Andry.