Rabu 20 Jan 2016 10:14 WIB

Sentimen Pasar di Perdagangan Saham Hari Ini

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nur Aini
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi. IHSG berpeluang menguat terbatas menyusul rendahnya tekanan jual di pasar global.

"Saham-saham yang diuntungkan dengan penuruan BI Rate akan menopang penguatan indeks. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.470 hingga 4.520," jelas Analis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Rabu (20/1).

 

IHSG bergerak bervariasi pada perdagangan kemarin. Ini merespon data pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat.

IHSG di akhir sesi berhasil menguat tipis 10,461 poin atau 0,23 persen di 4.491,737. Perdagangan berlangsung sepi dengan nilai transaksi di Pasar Reguler hanya Rp 2,75 triliun di bawah rata-rata harian pekan lalu sebesar Rp 3,92 triliun.

Menurut David, penguatan terbatas IHSG kemarin dipicu membaiknya pergerakan pasar saham Asia setelah keluarnya data pertumbuhan ekonomi Cina 2015 yang mencapai 6,9 persen. Angka ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya 7,3 persen. Perlambatan ini sejalan dengan perkiraan ekonom dan pemerintah Cina sebelumnya.

David menjelaskan, merespon perlambatan ekonomi di negara itu, pelaku pasar berspekulasi otoritas Cina akan menambah program stimulusnya seperti pemotongan kembali reserve requirement ratio. Indeks the MSCI Emerging Market kemarin sore menguat 1,6 persen di 714,46 setelah mengalami koreksi selama empat sesi perdagangan sebelumnya.

Sementara tadi malam bursa global bergerak bervariasi. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro naik 1,59 persen di 2980,49. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street menguat terbatas masing-masing 0,2 persen dan 0,05 persen.  

Adapun harga minyak mentah tadi malam di AS turun 3,43 persen di 28,41 dolar AS per barel. "Penurunan kembali harga minyak mentah dipicu proyeksi International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan suplai minyak dunia tahun ini akan berlebih 1 juta bpd dibandingkan permintaan. Di sisi lain IMF menurunkan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,4 persen dari proyeksi sebelumnya 3,6 persen," ujar David.

Baca juga: IHSG Berpeluang Lanjutkan Penguatan Hari Ini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement