REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- PT Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen) mengubah strategi investasi dana kelolaan lantaran turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate. Tahun ini, Taspen ingin meningkatkan porsi investasi langsung.
Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro mengungkapkan, penurunan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen dapat mengganggu perolehan laba. Sebab, 95 persen dari dana kelolaan Rp 140 triliun, diinvestasikan pada deposito berjangka dan obligasi.
"Ini sangat sensitif terhadap tingkat suku bunga. Sehingga, harus kami antisipasi dengan mengubah strategi investasi," kata Iqbal saat berbincang dengan awak media pada sela-sela peresmian kantor cabang Taspen di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa (19/1).
Portofolio investasi terbesar Taspen ada di obligasi pemerintah, baik itu dalam bentuk surat utang negara maupun sukuk. Persentasenya mencapai 64,78 persen. Sedangkan sisanya deposito berjangka sebesar 30,8 persen, saham dan reksadana 4,01 persen dan investasi langsung 0,43 persen.
Iqbal mengatakan, Taspen sudah mendapat restu dari pemerintah untuk meningkatkan porsi investasi langsung. Kalau dihitung-hitung, tambah dia, jumlah investasi langsung yang bisa dilakukan Taspen mencapai Rp 12 triliun. Sementara saat ini nominal investasi langsung tidak mencapai Rp 1 triliun.
"Harapan kami setidaknya investasi langsung bisa mencapai Rp 6 triliun pada tahun ini," kata dia.
Mantan Direktur Utama Bank Tabungan Negara tersebut menambahkan, Taspen sudah membentuk divisi investasi langsung. Investasi langsung utamanya akan diarahkan untuk proyek infrastruktur.
Menurutnya, hal ini sekaligus sebagai upaya dalam membantu pemerintah yang ingin mempercepat pembangunan infrastruktur. "Infrastruktur itu misalnya di bisnis jalan tol seperti yang sudah kami lakukan sebelumnya," ujarnya.
Baca juga: Aset Taspen Naik 16 Persen