Rabu 13 Jan 2016 22:31 WIB

Strategi PLN, dari 35 Ribu MW Hingga PLTN

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Djibril Muhammad
Dirut PLN Sofyan Basir
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Dirut PLN Sofyan Basir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basyir beserta direksi menyambangi Kantor Republika, di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selasa, Rabu (13/1). Kepada Republika, ia mengungkap sejumlah seluk beluk kondisi kelistrikan saat ini. Berikut petikan wawancaranya:

Apa rencana pembangunan PLN lima tahun ke depan?

Rencana pembanguna PLN lima tahun ke depan, kalau berdiskusi proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) betul, tapi kita terlupa ada proyek sebelumnya yang tertinggal sekitar 7 ribu MW.

Jadi total ada 42 ribu MW yang terdiri dari 402 pembangkit dengan nilai 53 juta dolar AS. Program utama membagun 46 ribu kilometer sirkut (Kms) dan 732 trabsmisi dengan kebutuhan investasi 10,8 juta dolar AS. Dari itu kita perlu gardu induk sebanyak 1.375 dengan 108.789 Mva sebesar 8,3 juta dolar AS.

Total proyek yang dicanangkan Presiden Jokowi ini tugas kami ke depan, apakah besar dan mungkin dilaksanakan, sangat besar dan mungkin dilaksanakan, tinggal kita tambah orang dan teknologi. PLN 8 ribu Mw, dan swasta 26 ribu Mw. Yang swasta kami beli listriknya.

Target pemerintah dalam proyek pembangkit 35 ribu Mw sudah terbagi detailnya. Mana yang PLN dan swasta, mana jenis pembangkitnya. Kadang gini, ingat ada fast track program (FTP) I, 10 ribu MW pertama pada zaman SBY-JK, ada FTP II zaman SBY-Boedioni, zaman Pak Jokowi-JK ketinggalan 7 ribu MW yang masih kita tangani.

Karena saat itu harus terpisah antara kredit dan proyek, dan proyek ini milik PLN. Inilah kekeliruan kontraktor masuk akhirnya tidak terjadi dengan sempurna. (Baca: PLN: Kelistrikan Strategis dalam Pembangunan Bangsa)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement