REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah saat ini fokus mendorong peningkatan komoditas ekspor. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan sebanyak 10 komoditas pertanian akan difokuskan untuk diekspor pada 2016-2019.
"Jadi Pak Wapres beri arahan pada kami bagaimana anggaran efektif dan efisien, harus fokus komoditas strategis. Apa itu komoditas strategis? Yang selama ini masih kita impor dan kita mendorong komoditas ekspor," jelas Amran usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (12/1).
Ia menyebutkan, komoditas ekspor yang perlu didorong yakni seperti kakao, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO). Amran menyebut saat ini pemerintah telah melakukan ekspor komoditas pertanian seperti kacang hijau, jagung, mangga, dan nanas.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementan, pemerintah telah melakukan ekspor jagung sebanyak 400 ribu ton. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor jagung mencapai 250 ribu ton dan pada tahun 2014 hanya mencapai 27-30 ribu ton.
Tak hanya itu, menurut Amran, Indonesia juga telah melakukan ekspor beras ke Italia. Namun, jumlah ekspor beras tergolong masih kecil, yakni sekitar 134 ribu ton. "Tahun ini kurang lebih 1 ribu ton, ya beras khusus, organic rice," ujarnya.
Amran pun memastikan pasokan beras nasional tahun ini masih tergolong aman, yakni mencapai 1,2 juta ton. Amran menyebut impor beras merupakan opsi cadangan yang hingga saat ini belum digunakan.
"Kan selesai tahun baru dan kita belum makan beras impor kan. Benar kata Pak Wapres itu cadangan, kita harus hati-hati karena iklim ini tidak bisa kita prediksi," ujarnya
Terkait dengan masa tanam yang terlambat, Amran menyebut akan melakukan percepatan tanam saat musim hujan.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan pemerintah harus selalu siap menghadapi kekeringan, yakni dengan menyiapkan sejumlah langkah, seperti menyediakan pompa dan pengaturan waktu tanam.