Jumat 08 Jan 2016 08:13 WIB

Ini Resep BPRS Tetap Tumbuh di Saat Ekonomi Sedang Lesu

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
BPRS, ilustrasi
BPRS, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan yang tetap baik sepanjang 2015 terlihat pada bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) yang bertahan di pembiayaan mikro. Menghadapi 2016, BPRS mengatur komposisi segmen dengan mengutamakan kehati-hatian.

Direktur Bisnis BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Cileduk Iman Ni'matullah mengatakan, sepanjang 2015, pembiayaan dan pendanaan HIK tetap meningkat. Pendanaan yang mencapai Rp 400 miliar, hanya Rp 9 miliar yang bersumber dari bank sebagai alat manajemen likuiditas. 

Basis nasabah yang besar membuat saluran dana HIK lebih banyak dari masyarakat. Sehingga peran intermediasi jadi optimal.

Kualitas pembiayaan pun diakui Iman masih bisa dikendalikan. Yang sudah memburuk sebelum di 2015 terus dilakukan proses penjadwalan ulang, restrukturisasi dan rekondisi.

''Karena main di mikro, pembiayaan jadi lebih tahan. Efek perlambatan ekonomi nasiona tetap terasa tapi tidak begitu menghantam,'' kata Iman, Kamis (7/1).

Mengantisipasi tahun ini, HIK fokus pada peningkatan kualitas SDM. Lagi pula pertumbuhan industri sedang lambat.

HIK juga mendiversifikasi lini bisnis dan plafon pembiayaan mulai dari dari Rp 5 juta hingga Rp 5 miliar, jadi mikro sampai menengah. Tahun ini HIK juga akan mediversifikasi produk pendanaan terutama tabungan dengan menyasar komunitas. 

Pembiayaan sedikit masuk ke bisnis ritel konsumtif tanpa berlari jauh dari UKM. Basis pembiayaan 90 persennya masih di UKM dan akan tetap mendapat porsi terbesar.

Direktur Utama BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate Risdan Harly mengatakan, tahun ini BPRS Bahari Berkesan mengutamakan kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan. Porsi untuk pembiayaan produktif dan konsumtif juga akan disesuaikan dengan kondisi. Jika ekonomi masih lemah, peningkatan porsi pembiayaan konsumtif bisa dilakukan.

Perlambatan ekonomi 2015 ia akui terasa dampaknya. Tapi pembiayaan tetap tumbun. Pihaknya sempat mengkhawatirkan ada kendala 

pengembalian pembiayaan oleh UKM, tapi UKM di bawah Dekranasda bertahan. Fasilitasi pemkot melalui swalayan untuk menampung dan menjual produk UKM membuat bisnis UKM tetap hidup.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement