REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan perolehan laba bersih sampai akhir tahun 2015 tumbuh di atas 61 persen. Hingga Oktober 2015, BTN membukukan laba bersih senilai Rp 1,6 triliun atau tumbuh 61 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan, BTN bisa lebih maju dibandingkan bank yang lain karena BTN telah melakukan transformasi terlebih dahulu. Transformasi yang dilakukan antara lain, BTN berkonsentrasi bisnisnya dalam pembiayaan perumahan. Kedua, BTN meningkatkan pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi (IT). Serta ketiga, BTN melakukan perubahan cara berbisnis dengan melakukan transformasi di sumber daya manusia (SDM). BTN telah membentuk lembaga Housing Finance Center untuk mengembangkan dan meningkatkan SDM serta mengubah budaya perusahaan.
“Kita juga ingin meningkatkan human capital, supaya skill human capital kita bisa mengimbangi persaingan ke depan dengan adanya MEA, sehingga ini menjadi tugas utama kita dalam meningkatkan atau mengantsipasi kondisi ekonomi tahun 2016,” ujarnya di Jakarta, Selasa (29/12).
Hingga Oktober 2015, aset BTN tercatat sebesar Rp 167 triliun atau naik 17,58 persen (yoy). Total kredit yang disalurkan sebesar Rp 135 triliun atau tumbuh 19 persen (yoy). Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 121,7 triliun atau naik 18 persen (yoy). Laba bersih BTN tercatat sebesar Rp 1,6 tirliun atau naik 61 persen. Posisi rasio kecukupan modal (CAR) di kisaran 16-17 persen, margin bunga bersih pada posisi 4,8-4,9 persen dan return of equity (ROE) sebesar 15-16 persen.
“Laba kita kuartal ketiga tumbuh 61 persen, pasti kuartal keempat di atas 61 persen,” ungkapnya.
Pada 2016, pertumbuhan aset ditargetkan di kisaran 18-20 persen. Laba bersih akan naik di atas 25 persen, DPK diproyeksikan tumbuh di atas 12 persen, serta penyaluran kredit tumbuh di kisaran 18-20 persen. Pada 2016, BTN juga akan lebih berkonsentrasi untuk penghimpunan dana murah terutama tabungan. BTN akan masuk pendanaan korporasi yang berbiaya rendah. Sebab, Maryono menilai banyak lembaga BUMN atau dana pensiun yang dana APBN-nya besar sehingga menjadi potensi bagi BTN untuk mengelola dana tersebut.
“Untuk tahun 2016 ini kita tetap konsisten biayai perumahan untuk program satu juta rumah, kita tingkatkan produk layanan digital banking bagi nasabah yang sudah mendapatkan KPR dan kredit komersial. Kita tidak hanya konsen mencari laba tapi juga punya kewajiban mengangkat para wirausaha. Karena untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional perlu peningkatan wirausaha,” ucap Maryono.
Baca juga: BTN Tekan NPL di Bawah 3,5 Persen