Kamis 24 Dec 2015 12:27 WIB

Rupiah Diprediksi Jadi Mata Uang Terburuk di Asia pada 2016

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Israr Itah
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Rupiah diprediksi akan kembali tersungkur menjadi mata uang terburuk di Asia setelah adanya penyusutan cadangan devisa dan risiko arus modal keluar.

Setelah dua tahun ringgit milik Malaysia mengalami pelemahan maksimal di kawasan Asia, kini giliran mata uang Indonesia yang diperkirakan jatuh 6,2 persen terhadap dolar AS sejak 30 November hingga akhir 2016.

Rupiah menjadi mata uang yang performanya paling menurun di antara pasar negara berkembang di Asia pada 2012 dan 2013. Pelemahan yang terjadi masing-masing 5,9 persen dan 21 persen akibat dari harga komoditas turun dan kebijakan moneter ketat dari negara-negara berkembang. 

"Rupiah menduduki peringkat tinggi dalam hal kerentanan aliran modal," kata Kepala Strategi Valuta Asing Asia Societe Generale SA berbasis di Singapura, Jason Daw seperti dilansir dari Bloomberg beberapa waktu lalu. 

Cadangan devisa Indonesia telah jatuh selama sembilan bulan terakhir hingga November. Investor luar negeri memegang 38 persen dari obligasi negara dalam mata uang lokal sehingga menyebabkan Indonesia rentan terhadap arus keluar sebagai dampak dari kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan perlambatan ekonomi Cina.

Presiden RI Joko Widodo sedang mencoba mengurangi ketergantungan Indonesia pada komoditas ekspor, namun transisi tersebut membutuhkan waktu sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan bergerak moderat tahun depan.

Societe Generale melihat rupiah akan jatuh ke Rp 15.300 atas dolar AS pada akhir 2016. 

Menurut survei Bloomberg, ekonomi Indonesia akan memperluas pertumbuhannya dari 4,7 persen tahun ini menjadi 5,1 persen pada 2016. Bank Indonesia (BI) sendiri melihat pertumbuhan tahun depan berada di kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement