REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong investasi jaringan transportasi untuk mendukung upaya pemerintah kota/kabupaten membangun infrastruktur tersebut di daerahnya.
Deputi Bidang Pelayanan Modal BKPM Lestari Indah mengatakan salah satu contoh konkret adalah pihaknya siap mendukung upaya pemerintah kota Bogor sebagai kota satelit penyokong DKI Jakarta untuk membangun jaringan transportasi.
"Secara umum kami telah menyiapkan karpet hijau untuk investor. Untuk sektor transportasi terutama adalah layanan izin layanan investasi tiga jam," ujar dia di Jakarta, Rabu (16/12). (Baca juga: Bogor Tawarkan Investasi Transportasi Bernilai Rp 1,4 Triliun)
Lestari mengatakan sekitar 600 ribu kereta api listrik bergerak setiap hari antara Bogor-Jakarta yang menunjukkan besarnya potensi pemanfaatan investasi di bidang transportasi. "Sektor infrastruktur mencatat nilai komitmen tertinggi, Rp 570 triliun atau setara dengan 43,84 persen. Ini menunjukkan sektor infrastruktur, termasuk di dalamnya transportasi masih sangat menarik bagi investor," ujar Lestari.
Tidak hanya realisasi investasi yang meningkat, kata dia, komitmen investasi juga meningkat, yakni pada periode Januari-September 2015, BKPM telah menerbitkan izin prinsip penanaman modal sebesar Rp 1.300 triliun rupiah atau naik 36 persen. Investasi di bidang transportasi, tutur dia, juga dapat memicu limpahan (spill over) investasi dari wilayah di sekitar kota dan kabupaten Bogor.
Upaya mengembangkan investasi di bidang transportasi, menurut dia, juga harus mampu menjawab tantangan di bidang transportasi, antara lain kemacetan dan ketersediaan transportasi publik yang memadai. Sementara itu, dari data yang dirilis oleh BKPM, nilai realisasi investasi hingga kuartal III 2015, investasi di bidang infrastruktur mencapai Rp 90,5 triliun, tumbuh 12,4 persen dibandingkan tahun lalu.
Dari investasi tersebut, subsektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi mencapai Rp 52,59 triliun dengan total 505 proyek. Secara keseluruhan, realisasi investasi Januari-September 2015 meningkat 16,7 persen (year-on-year), menjadi Rp 400 triliun. Nilai itu belum termasuk investasi di sektor keuangan dan hulu Migas. Sedangkan, penyerapan tenaga kerja langsung tumbuh 16,5 persen dibandingkan 2014, yakni mencapai lebih dari 1 juta tenaga kerja.