REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bali tumbuh positif selama tahun 2015 baik dari pengelolaan aset hingga penyaluran kredit yang meningkat.
"Ini semua tidak terlepas dari peran aktif pengurus bank baik direksi selaku pengelola maupun dewan komisaris selaku pengawas serta itikad baik pemilik bank dalam mengembangkan usaha bank," kata Kepala OJK Provinsi Bali, Zulmi dalam evaluasi kinerja BPR se-Bali di Denpasar, Senin (14/12).
Menurut dia, perkembangan total aset BPR di Bali selama 10 bulan terakhir meningkat 15,37 persen dari Rp 9,53 triliun menjadi Rp 10,99 triliun. Aset tersebut bersumber dari peningkatan dana pihak ketiga sebesar 11,32 persen dari Rp 5,91 triliun menjadi Rp 6,66 triliun.
Sumber dana yang diperoleh bank itu secara efektif disalurkan dalam bentuk kredit dengan peningkatan sebesar 12,50 persen dari Rp 7,12 triliun menjadi Rp 8,01 triliun. "Penyaluran kredit BPR di Bali didominasi oleh kredit produktif sebesar 63,25 persen atau sebesar Rp 5,07 triliun," imbuh Zulmi.
Penyaluran kredit produktif BPR itu, lanjut dia, terdiri dari kredit modal kerja sebesar Rp 4,07 triliun atau 50,82 persen dan kredit investasi sebesar 12,43 persen atau hampir mendekati Rp 1 triliun. Dari total penyaluran kredit itu, sebesar 57,32 persen atau Rp 4,59 triliun itu di antaranya tergolong sebagai kredit produktif untuk sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Zulmi lebih lanjut menjelaskan bahwa BPR di Pulau Dewata juga tergolong efektif dalam menggunakan aset yang dimiliki untuk mendapatkan pendapatan tercermin dari pengembalian aset atau return on assets (ROA) sebesar 3,51 persen serta masih tergolong efisien dengan rasio biaya operasional terhadap rasio pendapatan operasional atau BOPO sebesar 74,88 persen.
"Permodalan bank masih cukup tinggi sebesar 16,38 persen pada 31 Oktober 2015. Itu sudah melebihi rasio minimal modal yakni 12 persen," ucapnya.