Ahad 13 Dec 2015 16:47 WIB

Cerita Rizal Ramli Soal Warga Papua Ditolak Beli Beras di Supermarket Freeport

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli
Foto: Republika.co.id
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli kembali mengeluarkan jurus kepretnya. Kali ini kepretan kembali tertuju pada perusahaan pertambangan asal AS yang sudah puluhan tahun menambang di Papua, PT Freeport Indonesia.

Rizal menyebut, di masa lalu Freeport melakukan perilaku diskriminasi terhadap pegawai asli Papua. Alasannya padahal sepele, karena uang yang lecek, si pegawai asli Papua tidak boleh beli gula dan beras di Freeport.

Rizal menceritakan, dua hari lalu, Jumat (11/2), ia didatangi seorang tokoh masyarakat Papua yang dulu sempat bekerja di Freeport. Tokoh masyarakat ini berasal dari kampung di sekitar wilayah kerja Freeport.

"Suatu hari, warganya, tetangga sekampungnya minta tolong beliin beras gula kopi. Beli, dikasih uangnya. Dia sebagai pegawai Freeport datang ke supermarket di dalam Freeport."

"Dia beli gula beras beli kopi. Begitu mau dibayar, duitnya itu duit Indonesia kotor sekali rupiahnya. Kasirnya tahu ini pasti dari orang kampung nih. Saya nggak boleh, nggak mau terima. Dia marah apa salahnya. Kita kan bayar. Masak bayar aja nggak boleh," ujar Rizal usai menghadiri sebuah acara di Gandaria City Jakarta, Ahad (13/12).

Rizal melanjutkan kisahnya, ujung-ujungnya si kasir di supermarket Freeport enggan melayani pegawai Freeport yang asli Papua. Sang ibu yang bekerja di Freeport pun marah mendapat perlakukan itu.

"Nggak boleh karena itu duit orang kampung. Akhirnya si ibu ini marah. Gulanya dia buka bungkusnya. Dia lempar ke kasir. Datang penjaga mau tangkap dia. Berasnya dia buka dia lempar. Akhirnya si ibu nya ini dipecat dari Freeport."

"Saat ini jadi dosen di Universitas Cenderawasih di Papua. Nah ini adalah contoh Freeport melakukan banyak diskriminasi dan tidak bersahabat dengan rakyat Papua yang ada di sekitarnya," ujar Rizal.

Rizal pun mendesak Freeport menghilangkan perilaku diskriminasi terhadap warga asli dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah kerja. Rizal juga mendesak perusahaan asal AS ini menuruti permintaan Indonesia untuk meningkatkan royalti, memproses limbahnya, divestasi saham, dan bangun smelter.

Sementara itu, VP Corporate Communication Freeport Riza Pratama menolak memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai "kepretan" Rizal ini. Riza mengaku belum pernah mendengar kisah yang diceritakan oleh Rizal. Namun, Riza menegaskan bahwa perusahaan menolak adanya perlakukan diskriminasi kepada pegawai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement