REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Gunawan Sumodiningrat mengusulkan untuk mengentaskan kemiskinan di DIY perlu dibentuk satu desa satu koperasi seperti halnya Saemaul undong yang diterapkan di Korea.
‘’Karena kemiskinan hanya bisa diselesaikan dengan bisnis, tidak bisa diselesaikan dengan bantuan hibah,’’kata Gunawan pada wartawan usai mendampingi pengusaha dari Korea bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Gedung Wilis Kepatihan Yogyakarta, Kamis (10/12).
Menurut Gunawan, setidaknya di setiap kabupaten /kota di DIY sudah ada percontohan adanya satu desa satu koperasi. Namun, kata dia menambahkan, untuk mewujudkan satu desa satu koperasi ada kendala dimana koperasi dengan dinas-dinas terkait tak saling mendukung. Maka, ucap dia, disinilah perlunya peran akademisi.
Saat ini percontohan satu desa satu BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang berupa koperasi sudah ada di Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunungkidul. "Kami akan mengintegrasikan koperasi dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan pertanian. Di sini ada pendekatan perorangan, kelompok dan bisnis. Badan hukum diurusi koperasi dan jasa keuangan diawasi OJK," ucap dia menjelaskan.
Lebih lanjut Gunawan mengatakan koperasi itu dapat untuk mengentaskan kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan. Hanya saja koperasi yang berorientasi bisnis.