REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Karya (Persero) memanen perolehan kontrak baru setelah perusahaan ini masuk ke dalam bisnis pengembangannya tol.
Direktur Utama Waskita Karya M Choliq menjelaskan, sebelumnya grafik penjualan Waskita pada 2009 sampai 2014 terus mengalami penurunan. Dari situ kemudian perusahaan mencari satu terobosan yang bisa menyelamatkan keuangan perusahaan. Ide yang muncul kemudian adalah dengan mengakuisisi tol-tol yang mangkrak.
"Makanya kita coba melalui developer melalui toll road. Paling tidak ada 3 sampai 4 komponen supply chain yang bisa berikan nilai tambah sebagai investor. Sehingga kami beranikan diri masuk ke toll road. Soalnya biasanya masuk toll road melalui tender. Namun yang kami lakukan kemarin adalah akuisisi," jelas Choliq, Kamis (10/12).
Choliq juga menambahkan, jalan tol yang terbaik untuk diakuisisi adalah jalan tol yang memang mangkrak. Alasannya, jalan tol ini meski mangkrak namun sudah dirancang rata-rata pada dua dekade sebelumnya.
"Kami akuisisi toll road yang bermasalah. Jadi tol yang lama mangkrak kami ambil alih. Walaupun katanya kalau perusahaan itu berkembang melalui anak cucu akan sulit dikontrol dan katanya akan menghilangkan aset negara. Namun saya tidak setuju karena semua aset kami diperoleh dari swasta," kata Choliq.
Choliq menyatakan, posisi keuangan total aset Waskita pada tiga tahun terakhir tumbuh 53 persen. Total ekuitas pada 2008 sampai 2013 tumbuh 48 persen. Namun, pada 2013 hingga 2016 CAGR (Compound Annual Growth Rate) tumbuh 73 persen.
"Perolehan kontrak baru meningkat dengan tajam. Pada 2008 sampai 2013 CAGR kontrak baru hanya 15 persen sejalan dengan pertumbuhan GDP jasa konstruktif. Setelah kami masuk jadi developer tol jadi tumbuh 42,8 persen CAGR. Kalau ditotal kontrak tahun lalu sampai kontrak baru awal tahun depan kami akan ada kontrak on hand sekitar 100 triliun," kata Choliq.