REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) memasukkan mata uang Cina, yuan, dalam Special Drawing Rights (SDR), kelompok mata uang yang bisa digunakan oleh peminjam internasional sebagai alat pembayaran. Dengan penetapan ini, maka mata uang yuan juga bisa digunakan sebagai mata uang cadangan devisa internasional.
"Keputusan IMF memasukkan yuan dalam keranjang mata uang cadangan elit IMF hanya didasarkan pada pertimbangan teknis," kata juru bicara IMF Gerry Rice, Kamis (3/12).
Pengumuman IMF tentang pemasukan yuan ke dalam keranjang SDR-nya pada Senin (30/11), memicu tuduhan bahwa IMF tunduk pada tekanan dari Cina, karena Beijing berupaya mencari pengakuan global yang lebih besar atas kekuatan ekonominya. "Ini adalah proses teknis yang berlangsung selama jangka waktu panjang dan keputusan yang secara tegas berbasis di kriteria teknis," kata Rice dalam menanggapi sebuah pertanyaan dalam konferensi pers.
Dalam kajian keranjang mata uang SDR, yang berlangsung sekali setiap lima tahun, IMF menetapkan bahwa yuan, juga dikenal sebagai renminbi, memenuhi dua kondisi yang diperlukan digunakan secara luas dan bebas digunakan. "Kriteria tersebut telah ditata sejak awal dan telah jelas," kata Rice.
"Ini telah dilakukan dengan cara yang mungkin paling transparan," katanya menambahkan bahwa keputusan untuk menyertakan yuan itu sepenuhnya didukung oleh 188 negara anggota IMF.
Rice juga menekankan bahwa tidak ada hubungan antara keputusan yuan dan ketidaksabaran beberapa kekuatan negara berkembang, termasuk Cina, atas reformasi macet AS yang akan memberi mereka lebih banyak beban dalam institusi itu. Yuan akan bergabung dengan dolar AS, euro, yen Jepang dan poundsterling Inggris dalam keranjang IMF pada 1 Oktober 2016.
Baca: IMF Setujui Yuan Jadi Mata Uang Global