REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia menyatakan siap menjadi off taker dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Urumuka di Papua.
VP Corporate Communication Freeport Riza Pratama mengungkapkan, apabila proyek PLTA Urumuka jadi dilaksanakan, maka Freeport yang akan membeli listriknya. Meski, pemerintah daerah sendiri menyatakan tidak seluruhnya akan dipakai oleh Freeport, sebagian daya akan dimanfaatkan oleh kawasan industri yang akan dibangun di Timika.
"Oh iya kami siap jadi offtaker. Tapi soal investasi, itu proyek Pemda. Kalian tanya ke Pemda. Tapi yang pasti, kalau proyeknya jadi, kami siap jadi offtaker," kata Riza, Kamis (3/12).
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Fred Boray menyatakan bahwa hambatan pembangunan PLTA Urumuka saat ini justru datang dari Freeport sendiri. Freeport, lanjut Fred, enggan menandatangi PPA (power purchase agreement) atau perjanjian jual beli listrik. Fred mengungkapkan, Freeport tak hanya ingin menjadi pembeli listrik namun ingin bertindak sebagai pembagunan fasilitas.
"Freeport belum tanda tangan. Kalau saja mereka sudah mau tanda tangan investor bisa masuk untuk biayai. Itu masalahnya," jelas Fred, Kamis (3/12).
Fred menambahkan, proyek ini sejatinya sudah dirancang sejam 2009 lalu namun belum berjalan hingga kini. PLTA Urumuka sahamnya dimiliki oleh PT Papua Power Indonesia asalnya merupakan perusahaan patungan dari PT Listrik Papua dan PT Gema Diva Dharma dari Dharmawangsa Group. Pembagian sahamnya, 49 persen dimiliki oleh PT Listrik Papua dan 51 persen oleh Grup Dharmawangsa.
"Data sendiri sudah lengkap dan sudah clear utnuk bangun Urumuka. Sebenarnya izin pembangunan PLTA Urumuka diberikan kepada PT Papua Power Indonesia. Ini BUMD," kata Fred.