Senin 23 Nov 2015 08:30 WIB

Rizal Ramli: Indonesia Berupaya Mengganti Cerita Kelam Industri Sawit

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli
Foto: Republika.co.id
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola pengelolaan sawit dunia akan memulai lembaran baru. Hal tersebut dimulai dengan ditandatanganinya Piagam Pendirian Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit  atau The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

Indonesia sebagai salah satu inisiator terbentuknya CPOPC menaruh harapan tinggi, agar pengelolaan sawit ke depan dapat berkelanjutan, ramah lingkungan serta mendukung para petani dan pengusaha sawit skala kecil.

"Ini merupakan upaya maraton kita untuk memastikan langkah pengelolaan sawit berkelanjutan," kata Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli dalam rangkaian percakapan dengan Republika via pesan singkat pada Ahad (22/11).

Dengan kerja sama dan koordinasi yang lebih besar serta kehadiran pemerintah, kata dia, Indonesia bersama negara penghasil sawit lainnya akan dapat mengubah pola industri sawit yang tadinya kelam menjadi ramah lingkungan.

Ia menerangkan, hasil produksi sawit selama ini banyak digunakan untuk produk-produk rumah tangga skala besar. Namun tidak dapat dipungkiri, proses pengelolaannya dibarengi konversi hutan ke perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan sawit berkontribusi pada risiko lingkungan seperti kebakaran hutan dan asap. Pelaksanaannya juga berkontribusi pada peningkatan konflik antara perusahaan kelapa sawit dan masyarakat pribumi yang berjuang mempertahankan hak atas tanah mereka melawan ekspansi pembangunan perkebunan.

Oleh karena itu, pertumbuhan di industri sawit harus dikendalikam hingga 30 persen pada 2020. Tujuannya mengantisipasi lebih banyak lagi pembukaan lahan untuk sawit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement