Selasa 17 Nov 2015 20:16 WIB

Menperin Minta Nelayan Gunakan Es Balok dan Jauhi Formalin

Menteri Perindustrian Saleh Husin
Foto: Antara/Ampelsa
Menteri Perindustrian Saleh Husin

REPUBLIKA.CO.ID, DONGGALA -- Produksi ikan laut Indonesia yang melimpah harus diimbangi oleh pasokan es balok yang mencukupi. Pendinginan diperlukan untuk memperpanjang masa simpan sebelum ikan diolah lebih lanjut.

Tersedianya es balok turut mengurangi praktek penggunaan formalin. Pasalnya, kekurangan es balok menyebabkan kualitas ikan menurun dan tidak diterima oleh pabrik pengolahan ikan yang selanjutnya ikan dijual ke pasar sebagai ikan segar yang diawetkan dengan formalin.

"Jadi pabrik es balok ini memiliki efek berantai. Ikan yang didinginkan memiliki nilai lebih tinggi, industri mendapat jaminan pasokan dan kesehatan konsumen dilindungi," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai meresmikan pabrik es balok di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perikanan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (17/11).

Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, target produksi perikanan nasional dalam kurun waktu 5 tahun mendatang setiap tahun sebesar 20,05 juta ton yang terdiri dari 6,08 juta ton ikan tangkap dan 13,97 juta ton ikan budidaya, dengan Pertumbuhan PDB perikanan ditargetkan rata-rata 7 persen setiap tahun hingga 2019.

Saat ini terdapat sekitar 38 industri pengolahan ikan dengan kapasitas produksi sekitar 350 ribu ton/tahun dan tingkat utilisasi baru mencapai rata-rata 58 persen, dengan target ekspor rata-rata sebesar 5 miliar dolar setiap tahun.

"Tentunya untuk mencapai target ini, rantai pendingin seperti ketersediaan es balok mempunyai peran yang sangat besar," lanjut Menperin.

Pasokan es balok menjadi solusi bagi industri pengolahan ikan yang selama ini dihadapkan pada beberapa permasalahan. Antara lain terbatasnya suplai bahan baku yang berkualitas baik karena terbatasnya ketersediaan produk es balok untuk memperpanjang masa simpan hasil tangkapan nelayan. Selain itu, juga dalam proses pengiriman dari tempat pendaratan sampai ke pabrik pengolahan ikan.

"Terobosan yang kita lakukan ialah memberikan bantuan mesin dan peralatan pabrik es balok berskala kecil dengan kapasitas 10 ton per hari," terang Saleh. Kapasitas itu setara dengan 200 batang es balok dengan berat 50 kg per batang.

Bantuan mesin dan peralatan pabrik es balok di propinsi Sulawesi Tengah merupakan pabrik es balok ke-13 dari bantuan pabrik es balok yang pernah diberikan di propinsi lain seperti Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Maluku.

Kemenperin juga berharap adanya  sinergi antara instansi terkait tingkat pusat seperti Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Daerah.

Pada saat ini sinergitas tersebut telah diimplementasikan. Kementerian Perindustrian memberikan bantuan mesin dan peralatan es balok, dan pemerintah daerah provinsi menyediakan bangunan dan ketersediaan listrik dan air, serta kementerian Perikanan bekerjasama dengan pemerintah daerah menyediakan fasilitas tempat pendaratan ikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement