Kamis 12 Nov 2015 12:59 WIB

Penambahan Cadangan Beras Nasional Memang Dibutuhkan

Rep: c21/ Red: Muhammad Subarkah
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.
Foto: Orecinternational.org
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masuknya beras asal Vietnam dan Thailand untuk mecukupi cadangan beras nasional dinilai penting oleh pedagang beras. Oleh karena itu, sebanyak 27.065 ton beras didatangkan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Beras tersebut sendiri datang di Pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 7 November 2015, dan rencananya akan selesai bongkar muat pada tanggal 13 November 2015.

Kedatangan beras tersebut disambut baik oleh sejumlah pedagang beras di pasar. Salah satunya adalah pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, Anton Wijaya (35) yang menuturkan semoga beras tersebut segera beredar untuk menstabilkan harga. "Kalau pemerintah yang punya, lebih baik cepat mengeluarkannya agar harga beras tidak terlalu tinggi," ujar dia, Kamis (12/11).

Pasalnya masih ada waktu empat sampai lima bulan untuk beras lokal memasuki masa panen. Namun kalau sudah panen harus segera ditutup, atau sebelum bulan dua dan tiga tahun 2016 harus sudah tutup. Jika tidak seperti itu, dikhawatirkan harga beras lokal akan kalah di pasaran.

Hal itu, disebabkan karena permintaan tinggi namun stok kosong. Jika benar-benar kosong, bisa sangat berpengaruh terhadap harga beras. Meskipun demikian, harga beras tahun lalu masih lebih parah dibandingkan tahun sekarang.

Itu disebabkan stok beras berkurang, dan beras bulog dipegang swasta. Swasta sudah pasti akan mencari keuntungan. Seperti tahun kemarin, harga beras dapat naik antara Rp 700 sampai Rp 1.000. Sedangkan sekarang hanya Rp 100 sampai Rp 200.

Namun, meskipun telah beredar nantinya, paling tidak butuh seminggu untuk harga beras di pasaran turun. Karena tidak pasti langsung bisa. Memang adany penambahan beras sangat diperlukan. Wijaya mengatakan cadangan beras di Indonesia kurang. Hanya seperempat dari total cadangan nasional yang seharusnya ribuan ton.

Wajaya mengutarakan jika harg beras IR kualiatas KW 3 sekitar Rp 9,600, KW 2 Rp 9.800 sampai Rp 10 ribu, sedangkan KW 1 Rp 10.000 sampai Rp 10.500. Penurunan harg memang tidak terlalu signifikan nantinya, hanya antara Rp 100 - Rp 200. Sebab tujuan utama didatangkan beras impor adalah untuk menstabilkan saja, bukan menurunkan harga.

"Jika menginginkan murah geber saja impor, karena tujuan pemerintah ingin menstabilkan," jelas dia.

Meskipun murah, tapi kualitas beras lokal masih jauh lebih baik dari beras impor. Walaupun beras lokal sedikit lebih mahal, tapi tetap menjadi incaran konsumen.

Sementara itu, di pasar kecil seperti Pasar Minggu Jakarta Selatan, Yayang (61) seorang pedagang beras mengatakan harga beras impor tinggi atau rendah. Kalau misalnya harga rendah, harga beras lokal stabil jika tinggi, dipastikan beras lokal akan naik. Sebab musim tanam kemarin, tertimpa musim kemarau dan hujan hari ini, itu sangat berpengaruh untuk harga beras.

Selain itu, pemerintah dinilai harus dapat memasukan beras impor kualitas baik. Kalau baik harga dapat stabil, namun jika kualitas jelek tetap saja sama, beras lokal malah dapat naik.

Kenaikan beras sendiri sekarang hanya berkisar Rp 100 per kilogram. Namun beras perah naik Rp 200 perkilogram, dan belum naik banyak.

Biasanya harga tidak langsung turun, sekitar Rp 100 - Rp 200 per kilogram. IR64, sekarang perkilogram paling murah Rp 8500 sampai Rp 9.000, sedangkan yang bagus lagi Rp 10 ribu.

Menurutnya dari tahun ke tahun seperti ini. Kalau menurut pengalaman, jika harga cenderung akan naik pasti segera ditimpah impor. Misalkan sudah tidak musim panen, barang langka. Kemudian memicu kenaikan harga. Tiba-tiba harga naik saja.

C21/aji nugroho

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement