REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan, Indonesia harus meniru Cina dalam melakukan transfer teknologi dari investor asing. Hal ini dinilai perlu dalam rangka memajukan industri di dalam negeri.
Ade menjelaskan, proyek besar yang dilakukan Cina juga ditenderkan kepada perusahaan asing. Ade mencontohkan, Cina memiliki kereta cepat sepanjang 600 kilometer yang dimenangkan oleh Prancis. Dalam pengerjaannya, semua tenaga kerja Cina yang bekerja dalam proyek itu adalah sarjana strata satu (S1) yang dipekerjakan sebagai pekerja kasar.
"Semua pekerja itu bekerja sebagai tukang gali tanah dan semuanya dicatat hingga detail, karena nggak ada transfer teknologi yang dilakukan secara sukarela," kata Ade kepada Republika.co.id, Senin (9/11).
Ade menjelaskan, hal tersebut bisa ditiru sehingga Indonesia tidak hanya menjadi negara yang konsumtif. Selain itu, ke depannya Indonesia juga bisa menerapkan teknologi tersebut dalam proyek-proyek pembangunan.
Menurut Ade, kelemahan lain yang dimiliki oleh Indonesia yakni dalam pemeliharaan teknologi. Sebagai misal, bus Transjakarta sering bermasalah karena sumber daya manusia Indonesia tidak mengerti cara melakukan pemeliharaan bus yang sebagian besar di impor dari Cina.
Dengan adanya transfer teknologi, Ade meyakini pembangunan bagi rakyat Indonesia bisa lebih bijak.