REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaminan cadangan beras oleh Perum Bulog dinilai akan menyulut gejolak harga tinggi di penghujung 2015. Di sisi lain, Angka Ramalan (Aram) II Badan Pusat Statistik (BPS) yang jumlahnya menurun sedikit dibandingkan Aram I tak bisa menjadi jaminan untuk menghalau spekulan meninggikan harga beras.
"Spekulasi akan menjadi tinggi di akhir tahun, akan banyak pihak dan bandar yang memanfaatkan kondisi ini," kata Direktur Studi Pertanian Universitas Padjajaran Ronnie Susman Natawidjaja pada Selasa (3/11). Spekulan, lanjut dia, mengetahui soal pasokan Bulog yang menipis dan sulitnya Bulog menyerap beras petani. Ia pun memprediksi akan terjadi kenaikan harga 5-10 persen di momen Natal dan tahun baru.
Meskipun saat ini pemerintah menyebut telah mengantongi cadangan sejuta ton beras impor, ia menilai spekulan masih meragukan pelaksanaan impor beras. Sebab, Menteri Pertanian menegaskan Indonesia belum butuh impor.
Menanggapi data BPS terkait Aram II, ia memperkirakan produksi beras menurun 10 persen dari prediksi terkini BPS. Ia melihat tersebut pasca-mengamati keersediaan air di waduk yang mengairi sawah irigasi. Ronnie menilai kekeringan sekarang lebih parah dari sebelumnya.