REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum pulihnya perekonomian nasional membuat produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal III 2015 hanya tumbuh 1,04 persen terhadap kuartal II 2015. Pertumbuhan ini lebih lambat jika dibandingkan produksi kuartal II terhadap kuartal I yang mengalami kenaikan 2,16 persen.
"Industri yang mengalami penurunan, rata-ratanya hanya turun dua persen. Tapi, yang naik rata-rata pertumbuhan produksinya mencapai lima persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, di Jakarta, Senin (2/11).
Suryamin menjelaskan, jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan terbesar adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 6,96 persen. Sedangkan, industri alat angkutan lainnya 5,81 persen, industri pengolahan lainnya 4,87 Persen.
Jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang turun 2,91 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik turun 2,80 persen dan industri minuman turun 2,78 persen.
Suryamin mengatakan, pertumbuhan tertinggi terjadi di Provinsi Bengkulu yang naik 6,56 persen. Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan adalah Provinsi Papua 3,63 persen, Jawa Tengah 2,38 persen, dan Sulawesi Utara 1,27 persen.
Meski begitu, pertumbuhan produksi industri manufaktur dan sedang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pertumbuhan produksi pada kuartal III 2015 terhadap kuartal III 2014 tercatat naik 4,22 persen. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya produksi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional sebesar 15,31 persen, industri pengolahan lainnya naik 13,53 persen dan industri mesin dan perlengkapan 8,28 persen.
Berbeda dengan industri manufaktur besar dan sedang, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada kuartal III 2015 mengalami penurunan 1,31 persen terhadap kuartal II 2015. Padahal, pada kuartal II 2015 naik 5,09 persen terhadap kuartal I 2015.
Dari 14 jenis industri, hanya dua industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami kenaikan, yakni pengolahan tembakau yang naik 32,86 persen. Sedangkan, bahan kimia dan barang dari bahan kimia tumbuh 8,76 persen. "Yang mengalami penurunan tertinggi adalah jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan sebesar 7,96 persen," ucap Suryamin.