REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan ada sebanyak 35 perusahaan yang akan go public dengan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) melalui pasar modal Indonesia pada tahun depan. Hal ini telah tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2016 yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Penetapan itu, menurut Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, didasarkan pada pertimbangan sudah adanya pemulihan indikator ekonomi tahun depan. "Sehingga meningkatkan minat dan keyakinan menghimpun dana dari pasar modal," lanjutnya, di Gedung BEI, Rabu (28/10).
Ia pun berekspektasi, dengan mencapai 35 jumlah emiten nilai kapitalisasi pasar juga akan meningkat. Saat ini nilainya baru di kisaran Rp 4.800triliun. Pihaknya masih berharap dapat bisa menaikkan 10-20 persen kenaikan harga dan jumlah emiten.
"Sebenarnya kapitalisasi pasar kita dengan 35 itu harusnya bisa di atas Rp 5.509 triliun bahkan Rp 6.000 triliun," ungkapnya.
Dalam hal ini, ia membeberkan anak usaha BUMN telah mempertimbangkan untuk menambah jumlah emiten di bursa. Disebutnya, akan ada dua anak usaha BUMN yang berminat melakukan IPO tahun depan.
Ia bahkan juga tengah mengupayakan agar proses IPO perusahaan itu bisa berjalan lebih cepat. Khusus untuk BUMN, menurut Tito, ada permintaan untuk mempercepat proses IPO.
"Kalau bisa dipercepat mestinya lebih banyak, saya berharap kalau bisa lima per tahun BUMN go public, bursanya happy sekali," paparnya.
Sementara, tahun ini, dari target 22 jumlah emiten, di BEI baru bisa menggaet 14 emiten untuk melantai di bursa. Namun, ia yakin sampai akhir tahun masih akan ada penambahan kembali jumlah emiten.
"Yang sudah kontrak itu enam, Jadi ya enam itu lagi diproses, Insya Allah jika semua berjalan baik ada beberapa mestinya 20 tercapai," tutur Tito.