Ahad 25 Oct 2015 08:00 WIB

Tanpa Ijazah S1 tapi Ingin Penghasilan Rp 30 Juta? Begini Caranya

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Toko T-Shop di Bandung
Foto:
Toko T-Shop di Bandung

Meski bisnisnya terdengar sederhana, Tian pun menemui kendala. Ia kerap menerima barang tidak sesuai gambar yang diberikan pemasok. Itu membuat konsumen membatalkan pesanan. Padahal, pemasok tidak menerima pakaian kembali. Barang pun sempat menumpuk. 

Setelah setahun, Tian mulai melirik sepatu. Ia mencari sepatu di kawasan Gedebage, Bandung. Sepatu yang ia pilih harus berkualitas baik, kuat, dan modelnya sesuai tren. Sepatu yang berkualitas dinilai akan membantu menarik perhatian netizen, warga di dunia maya. 

Tian mengaku bisa menekan kerugian dengan berbisnis sepatu. Tetapi, pesanan justru lebih sepi dibandingkan pakaian. Hal ini karena tidak semua orang sering berganti sepatu, sesering berganti pakaian.

Dalam berbisnis, Tian mencari sejumlah pemasok yang menawarkan harga bersaing. Ia menemukan perusahaan konveksi yang menjual celana dan jaket berbahan jin berharga murah tapi berkualitas. Ia melakukan kerja sama untuk mendirikan toko daring pertamanya.

Toko daring tersebut ia namai T-Shop Company. Toko inilah yang membuat bisnis Tian berkembang hingga menerima pesanan dari Sumatra, Kalimantan, Papua, hingga Malaysia.

Tian menawarkan produk celana dan jaket berbahan jin berbagai ukuran dan model untuk laki-laki dan perempuan. Ia mengaku memilih jin sebagai bahan baku produk karena kebanyakan orang bisa memakainya dalam beragam kesempatan. Meski sudah memiliki toko daring, Tian tetap mengambil keuntungan Rp 20 ribu untuk setiap barang. 

Bisnis toko daring, diakui Tian, tidak dilakukannya dengan pencatatan yang sangat rapi. "Paling ada catatan pesanan dan yang sudah diorder," tuturnya. Namun, ia bisa menyebut omzetnya sekitar Rp 30 juta per bulan. Jumlah omzet ini bisa melonjak jika Hari Raya Idul Fitri tiba.

Hasil berjualan pakaian lewat daring, Tian gunakan untuk membuka toko offline. Saat ini, ia telah membuka tiga toko di kawasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Toko tersebut berada di Jalan AH Nasution km 6,7 Cikadut, Bandung, sekitar 500 meter dari Terminal Cicaheum. Toko itu diluncurkan pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2015 lalu. 

Lokasi kedua, yakni di Cimanuk No 62A, Tarogong Kidul, Garut. Toko di Garut dibuka beberapa bulan lalu melalui kerja sama dengan sejumlah teman kampus. Untuk di Jawa Tengah, ia membuka toko di Tegal, yakni di Jalan Ababil No 31, Randugunting, Tegal Selatan, yang berdiri secara resmi pada 22 November 2014.

Modal mendirikan toko masing-masing Rp 10 juta, yang merupakan keuntungan di T-Shop. Rinciannya, Rp 5 juta untuk sewa tempat dan sisanya dibelikan perlengkapan dan aksesori toko. 

Bagi Tian, toko berguna sebagai tempat pajang (display) dan penyimpanan uang dalam bentuk barang. Selain itu, toko berguna menyimpan barang-barang gagal pesan yang tidak bisa dikembalikan ke pemasok. "Dari awal bisnis, total barang yang gagal order ada senilai Rp 5 juta," katanya menerangkan.

Pendirian toko offline diakui Tian pernah gagal. Sebelumnya, ia sempat menutup toko di kawasan Bumi Oren, Cinunuk, Bandung, pada 23 September 2014. Pengunjung di tokonya sepi karena lokasi tersebut dinilai tak strategis. Selain itu, ia tidak memiliki pegawai sehingga toko sering tutup. Setelah sebulan dibuka, toko tersebut ditutup selamanya.

Tian bercita-cita memperbanyak toko offline yang berfokus di kawasan Jawa. Tujuannya agar biaya ongkos kirim semakin ringan. Sebab, biasanya konsumen kerap keberatan menanggung ongkos kirim yang tinggi. Selain itu, ia ingin memiliki produk sendiri. Ia berharap, cita-cita yang telah ia rintis ini agar segera terwujud dengan membuat merek Raden Tian atau Radent untuk produk kaus.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement