Sabtu 24 Oct 2015 20:24 WIB
Usaha Rakyat

Inspirasi Usaha dengan Modal Cuma Gadget dan Internet

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Toko T-Shop di Bandung
Foto: dok.pri
Toko T-Shop di Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana berbisnis usaha dengan modal seadanya? Pertanyaan itu mampu dijawab Anditio Tri Septian yang berbisnis jual beli pakaian. 

Modal bisnis Anditio Tri Septian hanya ponsel pintar dan laptop yang terkoneksi internet. Modal itu dia gunakan untuk berbisnis sebagai operator promosi sejumlah produk pakaian dan sepatu. Saat ada pesanan via online, Tian, sapaan akrabnya, akan mengirimkan produk ke pemesan. 

Kerja yang melibatkan kegiatan fisik tersebut ia lakukan hanya maksimal selama empat jam. Pekerjaan lainnya cukup ia lakukan di depan gawai. Dengan pola kerja itu, bisnis bisa dia lakukan di sela kegiatan kuliah. Meski tak banyak gerak, dia bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan. Selain itu, kini Tian sudah memiliki toko offline di Bandung, Tegal, dan Garut.

Bisnis daring pertama yang Tian geluti adalah menjual pakaian wanita. Pakaian itu ia dapatkan dari sejumlah toko di kawasan Pasar Baru, Bandung. Pakaian itu ia jual hanya melalui media foto.

Foto pakaian itu ia pajang di media sosial. Keterangan ukuran, bahan, harga, dan spesifikasi lain ia sertakan dalam foto tersebut. Tian membebankan ongkos kirim ke pemesan pakaian. Pesanan ia terima melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM).

Promosi lewat media sosial membuahkan hasil beberapa pesanan perdana. Tian mencatat setiap pesanan dengan teliti. Pembeli harus membayar harga barang sebelum dikirim. Tian menarik keuntungan Rp 20 ribu untuk setiap barang. 

Tian membeli barang sesuai pesanan. Namun, biasanya ia membeli barang dalam jumlah banyak (grosir) karena mengakumulasi pesanan. Pembelian dengan grosir ini pun memberi keuntungan bagi Tian karena mendapat diskon dari pemasok. 

"Jadi, aku seperti operator, atau reseller, tapi kerja samanya seperti antara penjual dan pembeli saja," ujarnya.

Meski bisnisnya terdengar sederhana, Tian pun menemui kendala. Ia kerap menerima barang tidak sesuai gambar yang diberikan pemasok. Itu membuat konsumen membatalkan pesanan. Padahal, pemasok tidak menerima pakaian kembali. Barang pun sempat menumpuk. 

Setelah setahun, Tian mulai melirik sepatu. Ia mencari sepatu di kawasan Gedebage, Bandung. Sepatu yang ia pilih harus berkualitas baik, kuat, dan modelnya sesuai tren. Sepatu yang berkualitas dinilai akan membantu menarik perhatian netizen, warga di dunia maya. 

Tian mengaku bisa menekan kerugian dengan berbisnis sepatu. Tetapi, pesanan justru lebih sepi dibandingkan pakaian. Hal ini karena tidak semua orang sering berganti sepatu, sesering berganti pakaian.

Dalam berbisnis, Tian mencari sejumlah pemasok yang menawarkan harga bersaing. Ia menemukan perusahaan konveksi yang menjual celana dan jaket berbahan jin berharga murah tapi berkualitas. Ia melakukan kerja sama untuk mendirikan toko daring pertamanya.

Toko daring tersebut ia namai T-Shop Company. Toko inilah yang membuat bisnis Tian berkembang hingga menerima pesanan dari Sumatra, Kalimantan, Papua, hingga Malaysia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement