Kamis 15 Oct 2015 02:50 WIB

Nilai Ekspor Furnitur Indonesia Diperkirakan Terus Meroket

Rep: C36/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menteri Perindustrian Saleh Husin memberikan sambutan pada acara pembukaan Pameran Tunggal 22 tahun Da Vinci di Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (14/10).
Foto: ist
Menteri Perindustrian Saleh Husin memberikan sambutan pada acara pembukaan Pameran Tunggal 22 tahun Da Vinci di Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian Indonesia (Kemenperin), memperkirakan nilai ekspor industri Indonesia terus meningkat tajam dalam kurun waktu lima tahun mendatang.  Hal tersebut dilihat dari kenaikan nilai ekspor sejak 2013 lalu.

Berdasarkan rilis yang diterima Republika, Rabu (14/10), Kemenperin mencatat adanya kenaikan nilai ekspor dari tahun ke tahun sejak 2013. Secara total, pada 2013 lalu, nilai ekspor produk furnitur kayu dan rotan mencapai 1,8 miliar dolar AS. Pada 2014, nilai ekspor produk serupa meningkat menjadi 2,2 milir dolar AS.

Dari kenaikan selama dua periode itu, Kemenperin memprediksi adanya  capaian nilai ekspor sebesar 5 miliar dolar AS dalam lima tahun mendatang. SEmentara hingga pertengahan tahun ini, nilai ekspor

komoditi furnitur Indonesia mencapai 361,03 dolar AS. Sebaliknya, impor furnitur tercatat sebesar 77,86 dolar AS pada periode sama. Nilai ekspor tersebut mendorong adanya surplus neraca perdagangan komiditi furnitur.

Meski pertumbuhan ekspor furnitur digadang-gadang positif, Kemenperin tetap berkomitmen untuk mempromosikan produk secara global. Dirjen Industri Agro, Panggah Susanto, mengatakan promosi ke pasar China, Eropa dan AS terus dilakukan.

“Promosi di dalam negeri kami gelar melalui pameran IFEX 2016 dan InterDex 2016. Kami pun berupaya agar citra produk furnitur Indonesia yang ramah lingkungan terus terbangun," ujar Panggah.

Saat ini, industri furnitur,  dinilai ikut mendorong kinerja pertumbuhan industri nasional. Salah satu industri yang terkena imbas positif adalah industri pengolahan non-migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,27 persen. Pertumbuhan ini lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan II  2015 sebesar 4,67 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement