Rabu 17 May 2023 14:24 WIB

Manufaktur Sumbang 70,21 Persen ke Total Ekspor Nasional

Pada April 2023, total impor juga mengalami penurunan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Sejumlah pelaku usaha dari luar negeri melihat hasil furniture yang dipamerkan pada Trade Expo 2022 atau Pameran Perdagangan Indonesia 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022). Pameran perdagangan terbesar se Asia Tenggara tersebut menghadirkan sejumlah produk sektor utama seperti manufaktur, furniture, makanan minuman, peralatan medis serta perabot dan dekorasi rumah yang berlangsung hingga Sabtu (22/10) dan diharapkan menjadi gerbang Ekspor unggulan produk Indonesia.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Sejumlah pelaku usaha dari luar negeri melihat hasil furniture yang dipamerkan pada Trade Expo 2022 atau Pameran Perdagangan Indonesia 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Rabu (19/10/2022). Pameran perdagangan terbesar se Asia Tenggara tersebut menghadirkan sejumlah produk sektor utama seperti manufaktur, furniture, makanan minuman, peralatan medis serta perabot dan dekorasi rumah yang berlangsung hingga Sabtu (22/10) dan diharapkan menjadi gerbang Ekspor unggulan produk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor industri manufaktur kembali berkontribusi paling tinggi terhadap capaian nilai ekspor nasional pada periode Januari sampai April 2023. Ekspor industri pengolahan menyumbang 70,21 persen atau mencapai 60,63 miliar dolar AS dari total ekspor dalam periode tersebut yang sebesar 86,35 miliar dolar AS.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekspor secara bulanan terendah pada April 2023, yang merupakan pola musiman karena momen libur Idul Fitri. Nilai ekspor secara tahunan pada April 2023 juga mengalami kontraksi akibat pengaruh turunnya harga komoditas.

Baca Juga

“Meski demikian, kami meyakini, selanjutnya kinerja ekspor sektor industri akan kembali meningkat setelah lepas dari pandemi,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Rabu (17/5/2023).

Keyakinan itu, kata dia, didukung oleh berbagai indikator kinerja sektor industri yang menunjukkan pertumbuhan positif dan ekspansi.

Ia melanjutkan, meski kondisi perekonomian global masih menjadi tantangan, baik Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang diluncurkan Kemenperin sama-sama menunjukkan level ekspansi. Sementara, sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang 67,32 persen dari total ekspor nasional pada April 2023.

Pangsa pasar utama ekspor industri pengolahan nonmigas meliputi Tiongkok (22,90 persen), Amerika Serikat (11,91 persen), dan Jepang (5,85 persen). BPS menyebutkan, penurunan ekspor komoditas barang perhiasan dan barang berharga dan minyak kelapa sawit menjadi penyebab utama penurunan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas secara bulanan.

Pada April 2023, total impor juga mengalami penurunan dari 20,59 miliar dolar AS pada Maret 2023 menjadi 15,35 miliar dolar AS atau sebesar 25,45 persen. Nilai impor bahan baku atau penolong pada April 2023 turun 23,26 persen month to month (mtm).

Nilai impor juga turun untuk seluruh jenis barang impor menurut penggunaan, baik bahan baku atau penolong, barang modal, maupun barang konsumsi. “Pola musiman mempengaruhi penurunan kebutuhan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi,” kata Febri.

Penurunan impor bahan baku juga dapat disebabkan oleh kondisi pasar global. Hal ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada nilai ekspor, terutama untuk subsektor berorientasi ekspor seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri kulit dan alas kaki, serta industri furnitur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement