Ahad 11 Oct 2015 10:56 WIB

Sampai Kapan Rupiah Akan Menguat?

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Mata Uang Rupiah
Foto: Republika.co.id
Mata Uang Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah kekhawatiran terjadinya pembalikan arah seiring mulai berkurangnya volume beli sehari sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan ini justru kian menunjukkan eksistensinya tetap bertahan di zona hijau. Sementara, rupiah di pasar spot terus menguat 475,8 poin atau 3,43 persen ke level Rp 13.411,5 per dolar AS.

Tidak tangung tanggung, kenaikan IHSG mampu mencapai lebih dari dua persen. "Pelaku pasar segera memanfaatkan situasi ini untuk kembali masuk pasar dan agresif melakukan pembelian," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada, Ahad (11/10).

Ia pun melihat penguatan IHSG akhir pekan ini terbantu kenaikan bursa saham global, termasuk Asia. Ini pun setelah terpengaruh laju kenaikan bursa saham AS seiring dengan sentimen rilis membaiknya klaim pengangguran, naiknya harga minyak mentah dunia, dan rapat FOMC yang mengindikasikan the Fed masih cenderung mempertahankan suku bunga rendahnya.

Sementara, menurut Reza, gerak rupiah juga membantu laju IHSG untuk tetap bertahan positif. Rupiah menguat setelah memanfaatkan laju sejumlah mata uang di kawasan yang meningkat dan kenaikan harga komoditas akibat indeks dolar AS yang menunjukkan penurunan.

"Sentimen dalam negeri juga turut mendukung di mana masih tingginya ekspektasi pelaku pasar akan realisasi, bukan hanya kebijakan BI, tetapi juga kebijakan pemerintah," jelas Reza.

Ia berpendapat, pelaku pasar kini berharap pada realisasi dan implementasi paket kebijakan pemerintah. Menurutnya, penguatan rupiah, khususnya, masih dapat berlanjut asalkan sentimen pasar itu cukup mendukung.

Reza menilai, keadaan saat ini masih rawan untuk aksi ambil untung. Namun, jikapun terjadi pelemahan, ini tak akan dalam.

"Apalagi, laju indeks dolar AS cenderung sedang tertekan. Diharapkan laju rupiah dapat memanfaatkan kondisi ini, sehingga tren kenaikan belum akan terpatahkan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement