REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi menyebabkan bisnis perusahaan pembiayaan kurang lancar. Pada Juli 2015, aset industri pembiayaan hanya tumbuh 4,2 persen year on year (yoy).
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, pertumbuhan aset perusahaan pembiayaan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri, pada kuartal II 2015 hanya 4,67 persen.
Sedangkan pertumbuhan aset perusahaan pembiayaan hanya 4,2 persen dalam tujuh bulan terakhir. "Pertumbuhan aset sangat rendah. Angkanya relatif sama sejak dua tahun lalu," ujar Suwandi, dalam seminar di Jakarta, Selasa, (29/9).
Berdasarkan data perusahaan pembiayaan yang dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menunjukkan total aset per Juli 2015 sebanyak Rp 430,19 triliun. Angka itu tumbuh 4,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak Rp 412,84 triliun.
Menurut Suwandi, pertumbuhan aset yang stagnan itu dipengaruhi sedikitnya permintaan kredit akibat menurunnya daya beli masyarakat. Ia menambahkan, APPI telah memprediksi, pertumbuhan aset pada kuartal III 2015 sampai akhir tahun sampa seperti Juli 2015.
Sebelumnya, APPI menargetkan pertumbuhan lima persen sampai 10 persen pada tahun ini. Hanya saja melihat kondisi sekarang, APPI tetap puas bila pertumbuhan aset 2015 dapat mencapai lima persen.
Maka, dalam rangka mencari peluang dan memperbesar aset, perusahaan pembiayaan akan menyentuh pembiayaan berorientasi ekspor, ekonomi kreatif, serta pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Suwandi menyebutkan, ada sepuluh perusahaan pembiayaan yang menyatakan ikut ambil bagian.
"Kami telah menghubungi 10 perusahaan pembiayaan dan siap menyalurkan kredit kepada ekonomi kreatif, industri berorintasi ekspor, dan UMKM," tambahnya. 10 perusahaan tersebut di antaranya PT BFI Finance Indonesia, PT Adira Dinamika Multi Finance, PT Astra Multi Finance, PT Mega Finance, PT Sinarmas Multi Finance, dan lainnya.