Selasa 29 Sep 2015 17:56 WIB

Industri Pembiayaan Dinilai Berpotensi Meski Ekonomi Lesu

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Jual beli atau kredit mobil (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jual beli atau kredit mobil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lesunya kondisi perekonomian hingga pertengahan 2015 memengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan. Meski begitu, perusahaan pembiayaan (multifinance) dinilai berpeluang untuk tumbuh pada tahun depan.

Direktur Consumer Banking Bank Mandiri Heri Gunardi mengatakan, estimasi wallet size industri yang bisa dibiayai pada 2015 mencapai 13,9 juta unit kendaraan baik mobil maupun motor. Maka, jumlah pembiayaan bisa mencapai Rp 212,89 triliun.

Sayangnya, menurut Heri potensi itu tak dapat digarap maksimal tahun ini, karena daya beli masyarakat menurun. Ia menyatakan, penjualan mobil baru dari Januari sampai Agustus sekitar 671 ribu unit. Sedangkan kendaraan roda dua baru 4,2 juta unit.

"Penjualan mobil baru 2015 diperkiran 12 juta unit, tapi proyeksi tahun ini tidak lebih besar dari tahun lalu, mungkin satu juta, tapi mungkin lebih kecil lagi," ujar Heri dalam seminar di Jakarta, Selasa, (29/9). Kendati demikian, tahun depan perusahaan pembiayaan bisa membuka peluang di sektor masyarakat kelas menengah.

Berdasarkan data McKinsey, segmen mass market 2020 nanti akan bertambah 15 juta keluarga dan segmen mass afluent diproyeksi akan bertambah tujuh juta. Segmen tersebut dinilai membutuhkan produk pembiayaan untuk aset bernilai rendah sampai sedang.

Perkembangan mass market dapat menjadi pasar bagi industri kendaraan bermotor. "Kita beruntung, ini berbeda dengan Eropa yang dalam berbagai kesempatan mengkhawatirkan silver tsunami," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement