Ahad 20 Sep 2015 20:24 WIB

'Semestinya Harga BBM Premium Diturunkan'

Rep: c14/ Red: Muhammad Hafil
 Petugas mengisi bahan bakar minyak premium di SPBU di Jakarta, Ahad(1/3).
Foto: Prayogi/Republika
Petugas mengisi bahan bakar minyak premium di SPBU di Jakarta, Ahad(1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data terkait melonjaknya jumlah penduduk miskin sebesar 860 ribu orang. Kenaikan itu antara lain disebabkan menurunnya daya beli masyarakat.

Harga barang-barang kebutuhan pokok naik lantaran efek kenaikan harga BBM, khususnya jenis premium. Pencabutan subsidi BBM membuat harga cenderung dipengaruhi mekanisme pasar global.

Kepala Pusat Kajian Kemiskinan dan Studi Pembangunan UI Teguh Dartanto menilai, belakangan ini terjadi penurunan harga minyak dunia. Namun, lanjut dia, pemerintah justru tak meresponsnya dengan menurunkan harga BBM premium.

Padahal, jenis itulah yang dikonsumsi mayoritas kalangan menengah ke bawah. Di sisi lain, Teguh menegaskan, harga BBM jenis pertamax dan pertalite justru turun, mengikuti tren harga minyak dunia.

"Seharusnya premium bisa turun juga dong? Dari situ, kalau misalnya saja turun (sebesar) Rp 400 perak dari (harga) saat ini, itu sudah bisa menanggulangi orang (supaya) enggak jatuh miskin. Menyelamatkan sekitar 165 ribu orang," ungkap Teguh Dartanto dalam acara diskusi di kantor Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Ahad (20/9).

Indonesia sebagai negara pengimpor minyak semestinya bisa berbuat maksimal terhadap tren penurunan harga minyak dunia. Apalagi, menurut dia, dengan melemahnya nilai tukar rupiah, semestinya ini diimbangi dengan turunnya harga BBM premium.

"Ini bukan masalah kita subsidi BBM. Tapi karena seharusnya harga itu turun dong. Pertamax turun. Kenapa premium enggak turun-turun?"

Pertengahan tahun ini saja, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun menjadi 51,41 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah Brent North Sea harganya menjadi 56,86 dolar AS per barel. Jenis yang sama pada Kamis lalu (17/9) harganya tak jauh beranjak, yakni 44,68 dolar AS (WTI pengiriman Oktober) dan 47,47 dolar AS (Brent North Sea pengiriman November depan).

Terpisah, sejak awal bulan ini, harga pertamax dan pertalite turun.

Untuk area penjualan di Jakarta dan sekitarnya, harga pertamax turun dari Rp 9.350 menjadi Rp 9 ribu. Untuk pertalite, harganya turun dari Rp 8.400 menjadi Rp 8.300.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement