REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom IGICo Advisory Martin Panggabean menilai, kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk tak mengubah BI Rate sudah tepat. Meski, insentif pendorong ekonomi melalui penurunan suku bunga tampak menggiurkan, namun dampak negatifnya terhadap pergerakan kurs harus diperhatikan.
Martin tak memungkiri di tengah penurunan cadangan devisa menjadi 105 miliar dolar AS, serta pelemahan kurs rupiah hingga sempat tembus Rp 14.500 per dolar AS, menaikkan BI Rate memang terlihat menarik. "Namun dampak negatifnya terhadap sektor riil domestik juga tidak dapat diterima. Dengan demikian keberanian BI untuk mempertahankan BI Rate adalah langkah tepat," tegasnya melalui siaran persnya, Ahad (20/9).
Martin menambahkan, langkah lanjutan perlu dilakukan pemerintah setelah diluncurkannya deregulasi dan debirokratisasi (Paket Kebijakan September I) minggu lalu. Paket kebijakan itu harus ditranslasikan ke dalam bentuk nyata, yaitu keluarnya berbagai peraturan seperti yang disebutkan dalam matriks paket itu.
"Walau nampaknya terburu-buru, namun berbagai peraturan tersebut perlu dikeluarkan dengan kualitas tinggi," tuturnya. Martin memprediksi, setelah The Fed melakukan moratorium kenaikan suku bunga, maka dalam beberapa bulan ke depan, pemerintah Indonesia dapat bertindak dengan asumsi bahwa The Fed akan konstan dan Cina akan membersihkan volatilitasnya.
"Kondisi ini memberikan window of opportunity selama beberapa bulan ke depan. Sehingga pemerintah bisa berupaya menggerakkan perekonomian dengan kondisi eksternal yang relatif stabil," jelas Martin.