Selasa 15 Sep 2015 20:17 WIB

Impor Barang Modal Naik, Ekonomi Dipastikan Menggeliat

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin memberikan laporan perkembangan ekspor impor Indonesia Agustus 2015 di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin memberikan laporan perkembangan ekspor impor Indonesia Agustus 2015 di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian Indonesia menggeliat menjelang akhir tahun. Ini terlihat dengan meningkatnya impor barang modal dan bahan baku per Agustus 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, impor barang modal pada bulan lalu mencapai 2,04 miliar dolar AS atau naik 22,98 persen dibanding Juli 2015. Sedangkan bahan baku/penolong naik 18,56 persen menjadi 9,14 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suryamin merinci, peningkatan impor terbesar terjadi pada golongan mesin dan peralatan mekanik yang naik 26,46 persen menjadi 0,40 miliar dolar AS. Kemudian diikuti mesin dan peralatan listrik 0,21 miliar dolar AS atau naik 20,43 persen, besi dan baja 0,18 miliar dolar AS (61,53 persen).

"Ketiga barang itu merupakan komponen barang modal. Ini artinya pembangunan infrastruktur mulai berjalan cepat," kata Suryamin di kantornya, Selasa (15/9).

Suryamin menambahkan, faktor lain yang bisa menjadi indikator menggeliatnya perekonomian Indonesia adalah kenaikan bahan baku/penolong yang sebesar 18,56 persen. Kenaikan itu bisa menjadi pertanda bahwa ada peningkatan produktivitas industri dalam negeri mengingat hampir sebagian besar bahan baku diperoleh dari impor.

"Ini juga bagus. Walaupun rupiah sedang melemah, tapi impor bahan baku naik. Berarti industri sedang menggenjot produksi," tambah Suryamin.

Meskipun secara bulanan terjadi kenaikan, namun impor barang modal dan bahan baku/penolong terjadi penurunan jika dibandingkan secara kumulatif dari Januari-Agustus 2015 terhadap periode sama tahun lalu. Impor bahan baku/penolong turun 20,09 persen dari 91 miliar dolar AS menjadi 72 miliar dolar AS. Impor barang modal turun 16,13 persen dari 19,4 miliar dolar AS menjadi 16,3 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement