Senin 31 Aug 2015 15:53 WIB

Mendag Lembong Temui Susi, Apa Hasilnya?

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perdagangan Thomas Lembong (kanan) berjalan keluar seusai pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo membahas kebijakan untuk mengatasi penurunan ekonomi Indonesia di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (27/8).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Menteri Perdagangan Thomas Lembong (kanan) berjalan keluar seusai pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo membahas kebijakan untuk mengatasi penurunan ekonomi Indonesia di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mendatangi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di kantornya, Senin (31/8). Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai permasalahan di sektor perikanan khususnya terkait perbaikan tata niaga perikanan, termasuk garam.

"Hari ini kami bersama-sama tukar pikiran beberapa persoalan," kata Susi kepada wartawan usai berdiskusi dengan Mendag Lembong.

Susi mengungkapkan, keduanya fokus dalam membahas sektor industri kelautan dan perikanan dan tata niaga. Selain itu Susi juga menekankan harus ada perbaikan tata niaga di sektor perikanan.

"Tadi Pak Mendag, bicara persoalan industri. Tata niaga harus diatur kembali. (Tata niaga) apa saja, bukan hanya garam. Pak Mendag juga bicara sama kita, industri pengolahan ikan seperti apa, ekspor perikanan seperti apa," ujar Susi.

Sementara itu, Lembong mengatakan bahwa pihaknya menyambangi kantor Susi karena ingin belajar tentang sektor kelautan dan perikanan. "Saya berniat untuk crash course sektor perikanan," kata dia.

Lembong pun mengatakan bahwa pihaknya ingin membenahi tata niaga di sektor tersebut. "Saya tekankan berkali-kali, harus ada perbaikan di tata niaga," katanya.

Ketika ditanya mengenai apa poin penting pembahasan secara detail, Lembong mengatakan bahwa pembahasan belum mencapai kesepakatan teknis. Dia menekankan bahwa dirinya sedang menyiapkan langkah jangka panjang. "Kita selalu saja bicara jangka pendek. Kita harus berpikir jangka panjang," ujarnya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement