REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Para perajin tempe dan tahu di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, berancang-ancang menaikkan harga jika harga kedelai terus naik.
Perajin tempe, Samsul di Pekalongan, Ahad (30/8), mengatakan bahwa para perajin tempe dan tahu kini mamsih terus memantau harga kedelai apakah akan terus naik atau stabil. "Jika harga kedelai masih terus mengalami kenaikan maka kami terpaksa akan ikut menaikkan harga tempe dan tahu," katanya.
Ia mengatakan kenaikan harga kedelai secara langsung berdampak negatif terhadap omset ataupun pendapatan yang mereka peroleh.
"Sejak terjadi kenaikan harga kedelai, pendapatan perajin tempe dan tahu turun Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per hari karena kami masih menjual tempe dengan harga tetap," katanya.
Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berimbas terhadap para perajin tempe dan tahu karena pengedaan kedelai masih mengimpor.
Harga kedelai, kata dia, naik secara bertahap mulai harga Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 7.000/kg dan kemungkinan bisa mencapai Rp 8.000/kg. "Hanya saja, saat ini kenaikan harga kedelai belum terlalu signifikan sehingga kami masih bisa bertahan menjual harga tempe dengan tetap meski relatif merugi," katanya.
Distributor kedelai Kuripan Kidul, Kota Pekalongan, Sakhowi mengatakan kenaikan kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah belum memengaruhi harga kedelai impor. "Melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga mencapai Rp 13.900 belum berpengaruh terhadap harga kedelai impor di Kota Pekalongan," katanya.
Ia menambahkan harga kedelai impor saat ini masih stabil yaitu Rp 7.100 per kilogram untuk jenis kedelai bola hijau, jenis SBS hijau Rp 7.200/kg, dan SBS merah Rp 7.500/kg.