Rabu 26 Aug 2015 14:32 WIB

Investasi Tekstil dan Produk Tekstil Masih Menggeliat, Ini Buktinya

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pengembangan industri garmen semakin mengarah ke bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pelaku industri ini juga membidik produksi bahan baku serat kain, hingga masuk ke sektor retail yang berhubungan langsung dengan konsumen.

Aliran investasi dan pendirian pabrik baru, serta perluasan fasilitas produksi Tesktil dan Produk Tekstil (TPT). Menurut Saleh, investor dan pelaku bisnis masih menilai Indonesia tetap prospektif untuk menanamkan modal jangka panjang. Hal ini ditandai dengan industri garmen yang sudah existing semakin agresif untuk menambah pabrik dan memperluas pasar ekspor.

“Untuk industri padat karya seperti garmen, maka lapangan kerja semakin banyak tercipta,” ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/8).

Saleh menambahkan, industri TPT merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam penyumbang devisa negara dan penyedia sandang nasional. Industri ini juga telah menyerap tenaga kerja sebesar 10,6 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur. Akan tetapi, pangsa pasar industri TPT di dunia masih relatif kecil yakni hanya 1,8 persen.

Sepanjang kuartal I 2015, investasi PMDN industri TPT naik 25,4 persen menjadi Rp. 455.1 miliar, dibandingkan periode yang sama pada 2014 lalu yakni sebesar Rp. 362,8 miliar. Sementara itu, untuk PMA industri TPT di kuartal I 2015 investasinya mencapai 63 juta dolar AS atau sekitar Rp. 850,5 miliar.

Menurut Saleh, industri TPT perlu melakukan penguatan kerja sama dengan negara-negara Asia maupun Amerika agar dapat saling melengkapi kedalaman struktur industri nasional. “Diversifikasi pasar tujuan ekspor perlu dikembangkan agar dapat mendongkrak pertumbuhan ekspor secara signifikan,” kata Saleh.

Secara keseluruhan telah terdaftar investasi baru sebesar Rp. 2.500 triliun di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Menurut Saleh, sepanjang kuartal I 2015 ini sudah cukup banyak investasi baru yang berjalan. Tercatat ada 15 industri yang dibangun di sejumlah wilayah di Indonesia, diantaranya Bekasi, Cikarang, Cilegon, Bogor, Karawang, Semarang, Gresik, Palu, dan Boyolali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement