Sabtu 22 Aug 2015 15:50 WIB

Harga Daging Sapi Mahal Akibat Rencana Swasembada yang Prematur

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana aktivitas jual beli sapi yang hanya buka pada hari Kliwon (penanggalan Jawa) di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo,Jawa Tengah, Rabu, (19/8).
Foto: Antara/Maulana Surya
Suasana aktivitas jual beli sapi yang hanya buka pada hari Kliwon (penanggalan Jawa) di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo,Jawa Tengah, Rabu, (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Nawir Messi menilai lonjakan harga daging sapi terjadi akibat sikap ambisius pemerintah yang ingin mewujudkan swasembada daging pada 2019. Masalahnya, target swasembada tersebut tidak dibarengi dengan perencanaan yang matang.

Nawir mengungkapkan, harga daging sapi merangkak naik saat pemerintah secara terus menerus mengurangi kuota impor dari 1 juta ekor lebih hingga menjadi 50 ribu ekor. Upaya mengurangi impor tidak akan jadi masalah apabila stok di dalam negeri mencukupi.

"Perencanaan swasembada daging tidak matang. Bagaimana kita mau bicara swasembada dan peternakan mau hidup  kalau kita tidak mempunyai industri pakan ternak dan industri bibit," kata Nawir dalam diskusi Populi Center yang diselenggarakan Smart FM, Sabtu (22/8).

Akibatnya, kata Nawir, pelaku pasar merespons kelangkaan daging sapi dengan menggelontorkan suplai secara bertahap.  Meski harga daging sapi sudah mengalami penurunan, Nawir berharap pemerintah dapat membuat kebijakan jangka panjang untuk memastikan ketersedian stok daging sapi.

"Kalau ingin swasembada, harus ada industri pendukungnya. Selama ini kita hanya bicara permasalahan di tengah-tengahnya, tapi tidak melihat permasalahan di hulu," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement