Rabu 19 Aug 2015 08:52 WIB

Menkeu: Neraca Perdagangan Terpengaruh Perkembangan Global

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kondisi neraca perdagangan yang masih tercatat surplus hingga Juli 2015 karena perkembangan ekonomi global yang sedang mengalami kelesuan.

"Berarti memang globalnya lagi lesu dan impornya terpengaruh kurs," katanya, Selasa (18/8)

Menkeu menjelaskan ekspor nasional saat ini sedang mengalami perlemahan karena berkurangnya permintaan di negara tujuan ekspor, namun impor juga ikut mengalami penurunan karena harga dolar AS yang sedang menguat.

Namun, menurut dia, pemerintah telah membuat antisipasi terhadap kondisi tersebut, dengan mendorong konsumsi rumah tangga atau investasi untuk mendukung pencapaian realisasi angka pertumbuhan ekonomi.

"Sekarang kita tidak mengandalkan impor ekspor lagi. Kita harapkan sektor manufaktur tetap jalan dengan meningkatkan produksi dalam negeri," ujar Menkeu.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa neraca perdagangan pada Juli 2015 masih mampu mengantongi surplus sebesar 1,33 miliar dolar AS yang merupakan surplus tertinggi dalam 19 bulan terakhir.

"Surplus ini merupakan yang tertinggi sejak 19 bulan, atau surplus terbesar sejak Januari 2014," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono, dalam jumpa pers.

Surplus neraca perdagangan pada Juli 2015 terjadi karena realisasi nilai ekspor tercatat mencapai 11,41 miliar dolar AS dan nilai impor hanya tercatat mencapai 10,07 miliar dolar AS.

Secara kumulatif, neraca perdagangan pada periode Januari-Juli 2015 telah mengantongi surplus sebesar 5,73 miliar dolar AS. Dengan nilai ekspor kumulatif 89,76 miliar dolar AS dan impor kumulatif 84,03 miliar dolar AS.

Namun, nilai ekspor Januari-Juni 2015 mengalami penurunan 12,81 persen, jika dibandingkan dengan periode sama pada 2014 yakni 102,9 miliar dolar AS. Hal yang sama juga terjadi pada impor kumulatif yang mengalami penurunan 25,18 persen, jika dibandingkan dengan periode tahun lalu yaitu 104 miliar dolar AS.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement