Selasa 11 Aug 2015 17:40 WIB

Pedagang Daging Mogok, Rumah Makan Merugi

Rep: C12/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Pedagang daging sapi tertidur los pedagang daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Ahad (9/8).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang daging sapi tertidur los pedagang daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Ahad (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aksi mogok para pedagang daging sapi di beberapa daerah menyulitkan beberapa rumah makan untuk menyediakan menu yang berbahan dasar daging sapi.

Seperti di rumah makan Ampera di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, misalnya. Rumah makan yang menyediakan masakan khas Sunda ini sejak Ahad (9/8) kemarin tidak menyajikan masakan-masakan yang berbahan dasar daging sapi, seperti sop iga, babat, dan gepuk.

"Ini enggak ada sudah dari Minggu kemarin, ya pas mogok pedagang itu mulai," ujar Koordinator Rumah Makan Ampera cabang Bojongsoang, Aang Sopyan, Selasa (11/8).

Ia menjelaskan, sebelumnya pemasok daging langganan rumah makan tersebut sudah mengabarkan tidak bisa lagi memasok daging karena aksi mogok para pedagang. "Enggak dikirim, tapi sudah diberitahu dari pihak pemasok. Pedagang dagingnya lagi demo," tambah dia.

Karena tidak ada menu tersebut, ia mengakui, banyak pelanggan yang komplain karena selalu menanyakan ketersediaan menu makanan yang berbahan dasar daging itu. "Ya kita enggak bisa apa-apa, orang enggak ada," kata dia.

Apalagi, menu tersebut memang menjadi favorit bagi pelanggan di rumah makan itu. "Di sini favoritnya sop iga, sop buntut, sama babat, semuanya ini enggak ada sekarang," ujar dia.

Untuk menu makanan usus dan limpa, memang masih tersedia. Namun, menurut Aang, menu tersebut bakal langka di hari besok atau lusa. "Limpa dan usus ini kayaknya bakal enggak ada, karena yang sekarang kita pakai setok yang masih ada saja," jelas dia.

Aang tidak dapat menaksir berapa kerugian yang diterima rumah makan tersebut. Namun, yang pasti, kata dia, kerugian tentu ada. "Rugi sih rugi, tapi berapa-berapanya itu orang kantor yang tahu," ujar dia.

Selain itu, pelanggan yang datang ke rumah makan itu, ujar Aang, pun berkurang sampai 50 persen. Biasanya, pihaknya bisa menerima 150 sampai 200 pelanggan. Namun, sejak awal pekan ini, rumah makan itu hanya melayani tidak lebih dari 100 pelanggan per harinya.

Sementara itu, pedagang daging di Pasar Baleendah, yang berdekatan dengan rumah makan itu, pun tidak terlihat. Kios-kios daging tampak sepi melompong.

Kata pedagang sembako di pasar itu, Maman, pedagang di pasar Baleendah juga ikut aksi untuk tidak berjualan daging. "Sepinya sudah dari Minggu kemarin, katanya sih sampai Rabu besok," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement